Mahasiswa FTI ITB Uji Lapangan Pembuatan Miniatur Mobil dengan Energi Alternatif
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG,itb.ac.id—Mahasiswa TPB Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB berhasil melaksanakan uji lapangan (design defence and field testing) pembuatan miniatur mobil dengan mekanisme penggerak dan penghentian tertentu dalam rangka mengaplikasikan “The Eight-Steps Engineering Design Process”.
Kegiatan uji lapangan tersebut dilaksanakan pada Selasa dan Rabu, 23-24 Mei 2023 di Lapangan CC Timur, ITB Kampus Ganesha dan Selasar Asrama Mahasiswa ITB Kampus Jatinangor. Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek akhir mata kuliah KU-1202 Pengantar Rekayasa dan Desain di Semester II/ 2022-2023.
Menurut koordinator mata kuliah, Dr. Eng. Yosi Agustina Hidayat, S.T., M.T., mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain (PRD) merupakan kuliah Tahap Persiapan Bersama yang bertujuan memberikan pemahaman terhadap proses rekayasa dan desain melalui kegiatan proyek dalam kelompok.
Untuk pelaksanaan di FTI, mahasiswa diberikan dasar keilmuan dari tiga komunitas yaitu Teknik Kimia, Teknik Industri, dan Teknik Fisika, serta melibatkan enam Program Studi S1, yaitu Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Fisika, Manajemen Rekayasa, Teknik Pangan, dan Teknik Bioenergi dan Kemurgi.
Matakuliah ini diikuti oleh 568 peserta kuliah, melibatkan 22 dosen, dan 20 asisten dosen. Diharapkan, kegiatan perkuliahan ini dapat memberikan bekal mahasiswa untuk melakukan rekayasa dan desain sederhana memanfaatkan keilmuan tersebut dalam sebuah tim. Oleh karena itu, mahasiswa diberikan tugas perancangan dalam bentuk kegiatan praktikum pembuatan purwarupa mobil dengan tenaga penggerak alternatif.
Menurut Dr. Yosi, bentuk kegiatan perancangan adalah pembuatan miniatur mobil dengan mekanisme penggerak dan penghentian tertentu dalam rangka mengaplikasikan “The Eight-StepS Engineering Design Process”.
“Mahasiswa diminta untuk menentukan kriteria desain untuk mobil dalam topik kelas, pembobotan masing-masing kriteria, merancang menggunakan perangkat lunak solidworks, mempresentasikan rancangannya, serta melakukan pengujian hasil perancangan,” ujarnya.
Secara garis besar, para peserta merancang miniatur mobil dengan berbagai teknologi bahan bakar alternatif yang kriterianya antara lain berhasil menciptakan mekanisme menjalankan dan memberhentikan mobil (stopping mechanism) pada jarak tertentu.
“Kestabilan, jarak tempuh, dan berfungsinya stopping mechanism merupakan parameter penilaian yang diterapkan pada seluruh peserta kelas,” kata Dr. Yosi.
Ia menambahkan, miniatur mobil yang berhasil dirancang akan diuji coba dengan dijalankan pada lintasan sepanjang 10 meter dan diharuskan berhenti sebelum mencapai lintasan 25 meter. Teknologi yang digunakan oleh peserta kelas beragam mulai dari penggerak dengan tenaga matahari hingga menggunakan reaksi kimia sebagai energi (sel volta).
Pada kelas K-33, Kelompok 2 merancang Chem-e-car. Hasil perancangan tersebut merupakan miniatur mobil dengan menggunakan rangkaian sel volta dengan penggunaan elektroda tembaga dan magnesium. Jembatan garam yang digunakan pada rangkaian berupa larutan NaCl dan Alginat (Agar-agar). “Pemilihan sumber energi tidak boleh menggunakan baterai yang dijual secara komersial,” kata Dr. Yosi.
Kelebihan dari konsep chem-e-car adalah energi mobil tidak bergantung pada intensitas cahaya matahari. Namun tipe mobil ini memiliki kekurangan pada biaya perancangan yang boros dikarenakan harus selalu mengganti jembatan garam setiap menjalankan mobil.
Mystery Machine merupakan perancangan dari Kelompok 6 - Kelas 32 yang menggunakan sumber energi dari cahaya matahari yaitu Solar Panel. Sementara itu stopping mechanism yang digunakan yaitu sensor panel berupa blue bottle reaction. Sensor tersebut menggunakan reaksi antara KO, Dextrose,dan Methylene blue. Sebelum mobil dijalankan, larutan akan dikocok sehingga berubah warna menjadi biru tua kemudian mobil akan berjalan menggunakan energi dari matahari. Pada saat larutan berubah menjadi bening, maka akan terdeteksi pada sensor sehingga akan membuat panel surya tertutup dan membuat mobil berhenti. Sayangnya mobil ini sangat bergantung pada cahaya matahari sebagai energi utamanya.
Pada proses perancangan miniatur mobil, peran dosen sangat dibutuhkan dibantu oleh beberapa asisten dosen yang bertugas untuk menilai kelayakan mobil yang dirancang. Proses uji coba berlangsung lama dikarenakan intensitas cahaya matahari yang tidak stabil sehingga beberapa kelompok yang menggunakan daya matahari tidak bisa menjalankan mobil.
Mata kuliah ini memberikan pengalaman yang menarik bagi peserta kelas dikarenakan dapat terjun langsung dalam merancang hingga menjadi miniatur mobil yang dapat dijalankan.
Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan agar mahasiswa dapat menerapkan tahap-tahap dalam proses desain, menjelaskan prinsip-prinsip sains dan matematika yang diterapkan dalam penyelesaian masalah rekayasa, menerapkan strategi menyelesaikan permasalahan desain rekayasa sederhana, dan menerapkan kaidah kerja sama dalam tim.
Reporter: Tarisa Putri (Teknik Kimia 2019)
Foto: Tarisa Putri