Mahasiswa ITB Ikuti Program Training for Trainer untuk Pengembangan Karakter

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung dari berbagai fakultas/sekolah mengikuti kegiatan Training for Trainer (TFT) untuk program Character Develoment Training pada Sabtu (17/7/2022) Multipurpose Hall CRCS Lantai 3 dan hybrid.

Character Development Training (CDT) merupakan program yang diinisiasi oleh Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITB yang ditujukkan untuk mahasiswa baru yang akan bergabung ke dalam rangkaian PMB seperti OSKM. Kegiatan ini membutuhkan trainer yang dipilih dari angkatan 2019-2021.

Kegiatan TFT hari pertama tersebut dibagi menjadi tiga sesi dengan pembicara yang berbeda. Sesi pertama menghadirkan Mharta Adji Wardana yang membawakan tema How to Living the Role as a Trainer. Kemudian sesi kedua dibawa oleh Jeremia Bonifasius Manurung dengan tema How to be a Good Listener. Untuk sesi terakhir dibawa oleh Irfan Nur Hakim dengan tema How to Keep Focus with Gamification.

Mengawali pemaparannya, Mharta memulai interaksi dengan para peserta terkait pengertian karakter. Para peserta menjawab pertanyaan tersebut dengan antusias. Secara garis besar, Mharta menjelaskan terkait posisi, potensi, dan peran yang dimiliki trainer nantinya dalam kegiatan CDT 2022. Oleh karena itu, para trainer harus memiliki tujuan yang jelas. “Jadi tidak hanya sekadar share public speaking, tapi rasanya,” ujar Mharta, Founder & CEO dari Improva.

Mengakhiri pemaparannya, beliau berharap para trainer tidak hanya berperan sebagai AIR (Adaptif, Integritas, dan Rendah hati) tapi juga sebagai MATA AIR. MATA merupakan akronim dari Mawas diri, Amalkan, Teladankan, dan Ajarkan.

Pada sesi 2, Jeremia menyampaikan beberapa hal terkait cara menjadi pendengar yang baik. “Untuk menjadi pendengar yang baik, harus diketahui ada yang namanya tingkatan dalam mendengarkan,” ujar Jeremia.

Tingkatan tersebut terdiri dari prentending, ignoring, selective, active, emphatic. Tingkatan tertinggi terletak pada mendengar secara berempati. “Jika tidak mendengar secara berempati, akan terjadi satu siklus akibat seperti lawan bicara tidak dihargai, merasa bukan bagian dari percakapan, dan tidak mendengar secara berempati,” jelas Jeremia. Selain itu ia juga menganjurkan agar trainer bisa menjaga perilaku dan punya prinsip sebagai mentor.

Sementara itu dalam sesi 3 yang dibawa oleh Irfan Nur Hakim, ia lebih menjelaskan terkait cara membalut suatu training lebih menarik. Mengawali penjelasannya, Irfan menegaskan bahwa trainer tidak berperan sebagai hakim. “Jadi trainer itu menggali potensi, bukan untuk menghakimi,” jelasnya.

Menurutnya, seorang trainer harus membuat suasana nyaman terlebih dahulu dengan beberapa kegiatan seperti doa bersama, apresiasi, dll. Setelah rasa nyaman terbentuk, maka lakukan komunikasi dari hati ke hati. Selama training berlangsung, sebaiknya dilakukan gamifikasi terkait materi yang ingin disampaikan. Untuk menjaga fokus para trainee, diperlukan sesi ice breaking di tengah sesi training.

Acara TFT 1 ini selesai pada pukul 15.30 WIB. Kegiatan TFT tersebut akan dilanjutkan kembali pada TFT 2 dan TFT 3 yang dilaksanakan pada tanggal 18 dan 25 Juli 2022.

Reporter : Kevin Agriva Ginting (GD’20)
Sumber foto : Dok. Panitia CDT ITB 2022