Mahasiswa ITB Juara Pertama dalam Ajang 24th Indonesia Accounting Fair

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami

Foto: Dok. Tim

BANDUNG, itb.ac.id- Tiga orang mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, yaitu Muhammad A Aufa Al Ghifari (13020041), Michael Yoe (13020047), dan Amaris Rea Ananda (13421042), berhasil meraih prestasi dalam business case competition yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 24th Indonesia Accounting Fair.

Dalam lomba skala internasional bertema “Fostering Adaptability: Overcoming Climate Change Challenges” ini, mereka meraih juara pertama setelah mengajukan solusi-solusi brilian untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim yang diakibatkan oleh emisi berlebih karena proses industri.

Lomba ini diselenggarakan sejak Desember 2022 hingga Maret 2023. Terdiri atas tiga babak; penyisihan, semifinal, dan final. Dalam babak penyisihan, mereka diharuskan untuk membuat sebuah karya tulis berisi solusi untuk kasus dari perusahaan bidang pulp and paper.

Sementara pada babak semifinal dan final, Al, Yoe, dan Rea mengusung solusi untuk permasalahan emisi perusahaan minyak sawit dalam bentuk pitch deck. Dengan latar belakang di program studi Teknik Kimia dan Teknik Industri, mereka menawarkan solusi untuk meningkatkan efisiensi agrikultur kebun sawit, pembuatan program edukasi proses berkelanjutan bagi para petani sawit lokal, serta ide-ide lainnya yang mengantarkan mereka menjadi juara pertama.

Kepada Reporter Humas ITB, Senin (27/3/2023), Al menjelaskan bahwa babak final lomba ini diadakan secara offline di Jakarta pada 4-5 Maret 2023. Pada 4 Maret, seluruh semifinalis melakukan company visit ke PWC, salah satu perusahaan consulting multinasional yang menjadi partner dalam IAF tahun ini. Pada hari itu juga, diumumkan 5 dari 15 kelompok yang akan melanjutkan ke babak final, yang diadakan pada keesokan harinya.

Saat ditanya mengenai kendala yang dihadapi selama mengikuti lomba, Al menjawab bahwa tidak ada kendala besar yang menjadi penghambat dalam bekerja sama dalam tim yang mereka namakan PUK ini.

“Kebetulan IAF ini dikasih waktunya cukup panjang, waktu semifinalnya 2 minggu, jadi bisa lah cari pembagian waktu di antara 2 minggu itu. Tapi mungkin kendala paling besarnya di final, di mana kita dikasih waktu cuma 2 jam untuk mengerjakan case-nya, termasuk latihan presentasi juga,” ujar Al.

Ia juga menambahkan, inti dalam bekerja sama dalam lomba adalah bisa membagi waktu dan bekerja sama dengan efektif, terutama di tengah-tengah kesibukan akademik dan non akademik lainnya.

Reporter: Luisa Carmel (Teknik Kimia, 2021)