Mahasiswa ITB Sabet Juara Pertama pada Kompetisi Industri se-Asia Tenggara
Oleh Diviezetha Astrella Thamrin
Editor Diviezetha Astrella Thamrin
IECOM adalah kompetisi yang diadakan setiap 2 tahun sekali dan diperuntukkan bagi mahasiswa Teknik Industri maupun Manajemen Rekayasa Industri se-Asia Tenggara. Tahun ini, IECOM 2014 mengusung "Sustainable Development, The Next Big Step" sebagai tema utama yang dijadikan tajuk untuk setiap tahapan kompetisinya. Pada kompetisi ini, ITB diwakili oleh Anggoro Bintang, Michael Julianto, Aprima Dheo, dan Yulika Sugianti, yang kesemuanya merupakan mahasiswa Teknik Industri ITB. Tim dari ITB berhasil mengungguli National University of Singapore (NUS) yang harus puas dengan memperoleh juara kedua, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memperoleh juara ketiga.
Untuk memenangi kompetisi bergengsi ini, tim dari ITB harus melewati 5 babak penyisihan yang kompetitif. Setelah berhasil masuk 15 besar dengan menyisihkan 73 tim lainnya dari berbagai universitas pada tahap seleksi online, tim dari ITB membuat mengevaluasi keberlanjutan industri Asian Pulp and Paper dalam sebuah esai. "Pada awalnya kami sempat agak kebingungan, dimana peran seorang insinyur Teknik Industri dalam topik keberlanjutan industri ini," tutur Bintang.
Manfaatkan Semua Tools Teknik Industri dengan Sistematis
Lolos pada tahap esai, tim dari ITB harus menghadapi tim-tim dari universitas lainnya dalam kuis yang dikemas dalam bentuk cerdas cermat. Menyusul setelahnya, tim mengunjungi Saung Angklung Udjo Bandung, sebuah small medium enterprise (SME) yang sangat terkenal sebagai salah satu objek wisata Bandung. "Di tahapan ini, kami menganalisis Saung Angklung Udjo, lalu membuat usulan perbaikan dalam penataan dan pengaturan di gudang dengan ilmu tata letak pabrik. Selain itu kami juga membenahi proses produksi untuk meningkatkan kapasitas produksinya," jelas Yulika. Kemudian, tim mempresentasikan usulan perbaikan yang memanfaatkan semua tools yang dapat digunakan seorang lulusan Teknik Industri di depan Prof. Dr. Ir. Anang Zaini Gani, guru besar dari Teknik Industri yang merupakan murid langsung dari James Apple saat studinya di University of Virginia.
Kemampuan tim dari ITB sebagai mahasiswa Teknik Industri yang kompeten benar-benar diuji pada kompetisi ini. Segera setelah lolos tahapan analisis SME, tim dari ITB dan tim-tim lain yang masuk babak final diajak mengunjungi Panasonic Manufacturing Indonesia yang memproduksi pendingin ruangan dalam tahap final. Dalam babak final ini, peserta ditantang untuk mengurangi konsumsi energi yang ditandai dengan menurutnya emisi karbon yang dihasilkan pada proses produksinya.
Sebagai langkah awal, tim dari ITB mengidentifikasi penggunaan energi terbesar pada produksi yang ternyata dilakukan oleh stasiun painting akibat penggunaan kompresor. "Kompresor ini menghasilkan energi panas yang sangat besar, tapi tidak digunakan lagi. Kami lalu mengusulkan untuk memanfaatkan energi panas yang besar dari kompresor ini untuk proses pemanasan air, sehingga energinya tidak terbuang sia-sia," jelas Bintang.
Berbagi Pengalaman dan Kebudayaan
Dengan memenangi kompetisi ini, tim dari ITB mengaku mendapat banyak pengalaman yang berharga dengan diskusi dan sharing bersama peserta lainnya dari luar negeri, meskipun dengan sedikit kendala dalam komunikasi. Selain berbagi budaya kuliah di masing-masing negara, tim dari ITB juga memperkenalkan makanan-makanan khas Bandung pada peserta mancanegara. "Menyenangkan sekali! Tim dari Thailand suka sekali dengan lumpia basah. Sekali makan, mereka bisa menghabiskan sampai 2 porsi," kenang Yulika tertawa.
Bintang dan Yulika berpesan bahwa persiapan merupakan hal yang sangat penting dari kompetisi ini. Selain itu, mereka juga berpesan untuk percaya diri dan jangan rendah diri. "Mahasiswa-mahasiswa Indonesia juga memiliki kemampuan yang layak untuk bersaing dengan mahasiswa dari luar. Yang penting jangan malu untuk bertanya dan mencari ilmu dari orang lain," pesan Bintang.