Mahasiswa ITB Sabet Penghargaan Pada Ajang Geologi Open Challenge 2017
Oleh M. Armando Siahaan
Editor M. Armando Siahaan
BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa ITB kembali mengukir prestasi gemilang di tingkat nasional. Kali ini, tim mahasiswa yang beranggotakan Hamzah Imanul Haq, Wira Cakrabuana, dan Meilani (Teknik Geologi 2014), berhasil merebut tempat kedua pada ajang (GOC) 2017. GOC yang diselenggarakan pada Minggu-Minggu (03-10/09/17) ini merupakan perlombaan mapping atau pemetaan dalam bidang geologi. GOC sendiri diselenggarakan oleh Universitas Jendral Soedirman, Jawa Tengah. Tahun ini, tema yang diangkat dalam GOC adalah volkanostratigrafi, atau yang dikenal dengan pemetaan gunung api purba.
Pemetaan Gunung Api Purba
Dalam lomba ini, setiap peserta lomba dituntut untuk melakukan pemetaan pada daerah seluas 4 x 3 km2 di daerah Kebumen. Pemetaan dilakukan selama tiga hari penuh dengan bantuan alat-alat yang terbilang sederhana, seperti kompas, peta, dan gps. Dalam melakukan pemetaan, tim ITB menganalisis banyak peta dan aspek yang terkait dengan gunung api purba. Hal yang dianalisis mencakup peta lintasan, peta geomorfologi dan penampang geomorfologi, peta geologi dan kolom volkanostratigrafi, sejarah geologi, peta potensi positif berupa peta potensi bahan galian C, peta potensi negatif berupa peta kawasan rawan longsor, dan rekonstruksi gunung api purba.
Hasil pemetaan yang didapatkan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat secara umum. Sebagai contoh, hasil pemetaan tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi untuk mengetahui potensi dan bahaya gunung api purba. Gunung api purba yang dipetakan memiliki potensi bahan galian C yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Bahan galian C seperti kapur, pasir, marmer, kaolin, granit, andesit, batu tulis, batu apung, dan magnesit merupakan bahan galian yang dapat digunakan dalam berbagai keperluan industri dan infrastruktur. Gunung api purba yang dipetakan juga memiliki potensi negatif. Contohnya adalah potensi tanah longsor. Dengan mengetahui peta kerawanan longsor yang telah dibuat, pemerintah dan masyarakat setempat dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya longsor. Pemerintah juga dapat menggunakan hasil pemetaan potensi tanah longsor sebagai pertimbangan untuk membangun infrastruktur di daerah-daerah yang telah dipetakan.
Lebih jauh lagi, hasil pemetaan tersebut dapat dikombinasikan dan dianalisis secara komprehensif untuk mengetahui dan menelusuri potensi lain dari gunung api purba. Misalnya, berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan oleh Meilani dan kawan-kawan di Kecamatan Ayah, Kebumen, Jawa Tengah, didapatkan hasil bahwa daerah tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah geowisata. Pasalnya, di daerah tersebut banyak terekam sejarah geologi, tepatnya dalam Formasi Gabon (Old Andesite Formation). Oleh karena itu, hasil pemetaan gunung api purba tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan wilayah Kebumen agar dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke Kebumen.
Selama mengikuti lomba ini, Meilani dan tim tidak menemukan kesulitan yang berarti. Pasalnya, menurut Meilani, timnya sudah memiliki kerjasama yang cukup baik sehingga dapat membagi waktu antara persiapan lomba dengan kuliah. Kedepannya, Meilani berharap hasil pemetaan gunung api purba yang sudah dibuat dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak. Meilani juga menuturkan keinginannya untuk mengikuti lomba lain dalam bidang yang digelutinya. “Saya cukup tertarik dengan bidang geotermal, jadi kedepannya ingin ikut lomba lain yang berkaitan dengan geotermal”, pungkasnya.
Sumber Gambar : Dokumentasi Narasumber