Mahasiswa ITB Terpilih sebagai Delegasi Indonesia pa da YSEALI 2015
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
Menjadi putra-putri tanah air, sudah sepantasnya mahasiswa ITB dapat berbakti untuk menyelesaikan permasalahan lokal secara global. Dengan harmoni kebersamaan pada pertemuan pemimpin muda ini, diharapkan mimpi bangsa ini terwujud melalui 15 delegasinya. Dalam YSEALI, berbagai metode penyampaian topik kepemimpinan dan kepemudaan dikemas dalam bentuk workshop pelatihan leadership, forum pertemuan pemimpin muda ASEAN, dan disertai program akademik yang terlaksana akibat kerjasama universitas-universitas terbaik di Amerika. Program akademik ini berupa program pendidikan yang diselenggarakan di Amerika selama 1-3 bulan dalam pantauan Presiden Obama langsung.
Membingkai Solusi dalam Kompetisi
Pada kesempatan ini, Endang menceritakan pengalamannya. Pelatihan leadership yang diikutinya diisi oleh pakar kepemimpinan international. Selain itu, masing-masing delegasi mengangkat berbagai masalah terutama dari negara delegasi bersangkutan untuk diselesaikan melalui diskusi. Isu-isu tersebut tidak hanya diangkat begitu saja, para peserta juga diminta untuk menemukan solusinya melalui proyek-proyek tingkat Asia Tenggara. Dalam 5 hari, peserta dituntut untuk membuat proyek dengan tema pendidikan. Tidak hanya menyelesaikan proyek secara baik, para peserta diharapkan dapat berkompetisi dalam menyajikan solusi. Pihak penyelenggara telah menyediakan bantuan dalam merealisasikan proyek yang ada dengan siap menyediakan 10000 dollar bagi juara pertama dan setengahnya bagi Runner-up.
Cinderamata Berharga Hasil Pemikiran Bersama
Endang terkesan ketika mendapat berbagai sambutan yang berasal dari Duta Amerika di Bangkok, Gubernur Bangkok, Direktur USAID (Badan Bantuan Amerika dalam Pembangunan Internasional), Direktur Intel Thailand dan pihak terkait lainnya dalam mengawali berbagai pengalaman di YSEALI 2015. Pengalaman beragam tak hanya Ia bawa ke tanah air namun juga kedalam jaringan pertemanan dengan berbagai pemimpin muda seluruh Asia Tenggara. Pengetahuan mengenai keterampilan leadership dan informasi mengenai permasalahan di seluruh Asia Tenggara berikut solusinya yang Ia diskusikan secara bersama rasanya cukup menjadi buah tangan yang berharga.
"Masalah yang saya bawa yaitu tidak meratanya pendidikan di Indonesia, kualitas pengajar yang kurang, fasilitas sarana dan prasarana yang masih tidak memadai, kurikulum yang belum optimal," ungkap Endang yang menjabat pula sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) ITB. Sebagai delegasi, Endang pun diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek dengan objektif meningkatkan kesadaran pelajar Indonesia agar punya keinginan secara inisiatif untuk belajar, tidak hanya 'disuapi'. Endang menawarkan solusi yaitu sebuah projek yang menerapkan sistem belajar dengan metode mentoring, sistem tersebut melibatkan 2 peran yaitu, mentor dan mentee. "Semoga mahasiswa ITB banyak mengikuti kegiatan seperti YSEALI ini karena akan menambah pengetahuan dan pandangan baru tentang permasalahan-permasalahan dunia secara global. Mahasiswa ITB harus mulai berpikir besar dan bertindak besar. Apalagi tahun 2016 masuk zaman MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) kita harus punya skill taraf internasional agar dapat bersaing dengan pelajar dari negara lain," tutup Endang.