Mahasiswa ITB Terpilih sebagai Pengajar Terbaik dalam Event Pengajar Jelajah Nusa 2019

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto dok. pribadi

BANDUNG, itb.ac.id -- Muhammad Firman Nuruddin, mahasiswa program studi Oseanografi (2018), Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB, terpilih sebagai pengajar terbaik dalam kegiatan Pengajar Jelajah Nusa 2019 yang diadakan pada 24 Juni- 6 Juli 2019. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi komunitas Indonesia Mengajar dan Ultra Jaya yang bertujuan untuk mewadahi anak-anak muda, baik siswa SMA maupun mahasiswa, agar dapat berkontribusi nyata dalam memajukkan pendidikan melalui kegiatan mengajar di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). 


Firman diterima untuk kegiatan mengajar siswa-siswa SMP dan SMA selama seminggu setelah melewati seleksi bersama dengan 7.385 orang lainnya. Ia beserta 29 pengajar lainnya dibagi menjadi 6 kelompok untuk 6 desa penempatan yakni Desa Karang Makmur dan Karang Agung (di Kabupaten Musi Banyuasin), Desa Labuang Kallo dan Petiku (di Kabupaten Paser), dan Desa Indoong dan Sawangakar (Halmahera Selatan). 

Firman sendiri ditempatkan di Desa Labuang Kallo, sebuah desa terapung di laut. Lokasi ini merupakan penempatan yang paling menantang karena sulitnya akses mencapai desa tersebut. Untuk sampai di desa ini, Firman bersama dengan tim harus melalui perjalanan udara dari Jakarta menuju Balikpapan, dilanjutkan dengan perjalanan darat dan air, dengan total waktu lebih dari 6 jam dihitung dari sesampainya mereka di tanah Borneo.

Hal menarik dari kegiatan Pengajar Jelajah Nusa ini adalah tiap peserta tidak hanya dituntut untuk mengajar, tetapi mereka juga diminta untuk bisa menciptakan inisiatif dalam masyarakat. Karena besarnya tuntutan itu, Firman beserta pengajar lainnya dibekali dengan pelatihan kemampuan, antara lain kepemimpinan, aksi inisiatif, kemampuan komunikasi, juga kebiasaan untuk bekerja sama. “Aspek-aspek yang dilatih itu juga sekaligus menjadi aspek penilaian individu, “ ungkap Firman kepada reporter Humas ITB.

Konservasi Bakau

Firman dan tim juga menciptakan program-program menarik dan kreatif selama lima hari berada di Desa Labuang Kallo. Mereka membagi program mereka menjadi program mengajar dan program pemberdayaan masyarakat, sesuai misi yang diberikan kepada mereka pada kegiatan Pengajar Jelajah Nusa. Bahkan, lebih khusus, mereka juga membuat program-program mengajar yang tidak monoton dengan mengajak anak-anak untuk berkeliling dan memerhatikan alam.

Kelas Observasi Bintang, dan Kelas Inspirasi dan Kreasi adalah dua dari kegiatan mengajar yang dirancang  Firman dan berhasil dilaksanakan. Dalam kegiatan tersebut, para siswa diajak untuk berkeliling mengamati dan menggambarkan alam sekitarnya lalu diminta untuk melakukan diskusi dengan sesama siswa terkait pengamatannya. Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan konservasi bakau.

“Sebagai seorang mahasiswa Oseanografi, saya ingin bisa berbagi ilmu di sini. Ilmunya juga sederhana sehingga bisa dilaksanakan orang awam. Kami mengajarkan mulai dari pemilihan biji bakau, teknik penanaman, sampai perawatan tanaman bakaunya,” jelas Firman. Konservasi bakau ini sangat tepat dilakukan karena desa tersebut baru saja dilanda bencana gelombang tinggi karena rusaknya hutan bakau.

Untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat, Firman bersama dengan teman-temannya mengadakan pendataan gizi anak dan tekanan darah untuk masyarakat. Hal ini dikarenakan ada indikasi fenomena stunting dan hipertensi yang marak di desa tersebut. “Terima kasih kepada salah satu rekan dari fakultas kedokteran karena sehingga kegiatan kesehatan ini bisa terlaksana,” ucap Firman. 

Setelah semua kegiatan itu, Firman pun berhasil terpilih menjadi pengajar terbaik. Hal ini didasari dari penilaian individual dan kontribusi kepemimpinan Firman dalam tim ketika merancang kegiatan-kegiatan yang kolaboratif di desanya. “Penilai merasa bahwa kegiatan kami menonjol. Kami dianggap berhasil menciptakan kegiatan yang mengajak keterlibatan seluruh elemen masyarakat dengan waktu yang singkat,“ jawab Firman lugas. 



Sebagai pemenang, Firman mendapat kesempatan untuk mengikuti Program Pelatihan Leadership di Inggris pada tahun 2020. “Kemenangan ini juga tidak terlepas dari bimbingan Dr. Susanna dari program studi Oseanografi dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,” tambahnya.

Tidak lupa, Firman juga mendapatkan banyak pengalaman tentang semangat belajar dan bersyukur setelah mengikuti kegiatan ini. Desa yang ia tempati memiliki banyak keterbatasan mulai dari air bersih, akses kesehatan, dan infrastruktur publik. Tapi tidak sedikit pun dari kekurangan-kekurangan tersebut menyurutkan semangat belajar anak-anak di sana. Dari pengalamannya, ia juga lebih memahami bahwa inisiatif diri sendiri ternyata lebih penting daripada hanya menunggu bantuan dari pihak lain. “Terakhir, kalau ada kegiatan seperti ini lagi, teman-teman harus coba dan ikut, tidak akan sia-sia,“ tutup Firman.

Reporter: Ferio Brahmana (Teknik Fisika, 2016)