Mahasiswa Meteorologi ITB Gelar Seminar Atmosphaira Day

Oleh Hanafi Kusumayudha

Editor Hanafi Kusumayudha

Technical Advisor Climate Finance Management

BANDUNG, itb.ac.id – Perubahan iklim merupakan topik yang selalu hangat dibahas, karena dampaknya yang luar biasa terhadap berbagai lini kehidupan. Perubahan iklim sedikit saja bisa mengubah curah hujan dan kecepatan angin dalam suatu wilayah, sehingga bencana hidrometrologi tak dapat dihindari. Peduli dengan isu tersebut, Himpunan Mahasiswa Meteorologi (HMME) ITB menyelenggarakan seminar Atmosphaira Day bertajuk “Peran Perubahan Iklim terhadap Kebencanaan Hidrometrologi”. Sekitar 80 Mahasiswa ITB dari berbagai jurusan pun tampak memadati Ruang Seminar GF Labtek XI Lantai 2. Acara yang digelar pada Sabtu (30/09/17) turut menghadirkan narasumber-narasumber ahli dari berbagai bidang, seperti Drs. Zadrach L. Dupe M.Si (Pakar Perubahan Iklim Meteorologi ITB), Dr. Armi Susandi MT (Pakar Klimatologi ITB), dan Budhi Setiawan (UNDP Indonesia).

Acara yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini diawali dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh narasumber. Pertama, Drs. Zadrach L. Dupe banyak menyampaikan materi tentang tantangan perubahan iklim saat ini. Menurut Zadrach, perubahan iklim seharusnya dipandang sebagai masalah bersama, bukan hanya urusan ahli meteorologi saja. Karena dampaknya meluas ke seluruh bidang kehidupan seperti lingkungan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, penanganannya perlu diupayakan dengan pola pikir multidisiplin dan serentak oleh masyarakat umum.


Materi selanjutnya yaitu mengenai kebencanaan hidrometrologi dan penanganannya yang disampaikan oleh Dr. Armi Susandi MT. “Ilmu meteorologi memiliki peranan penting karena mampu mengintegrasikan teknologi model prediksi untuk potensi bencana hidrometrologi,” tungkas Armi. Bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ITB memiliki andil besar dalam menyusun aplikasi-aplikasi untuk memprediksi bencana dan iklim di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah ITB Smart Climate Model, Sistem Informasi Cerdas Agribisnis (SICA), dan Flood Early Warning Early Action System (FEWEAS) Bengawan Solo dan Citarum.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Budhi Setiawan mengenai upaya adaptasi, mitigasi, dan kebijakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dalam kebencanaan meteorologi. Setelah itu dibuka sesi tanya jawab dan ditutup dengan penyerahan plakat penghargaan oleh Said Fariz Hibban (Meteorologi 2014) selaku Ketua HMME ITB kepada ketiga pembicara.