Manajemen Rantai Pasok yang Baik Diperlukan di Bidang Agribisnis

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Sumber foto: freepik.com

BANDUNG, itb.ac.id—Untuk mewujudkan rantai pasok yang optimal, pengelolaan rantai pasok perlu ditinjau sebagai suatu sistem dengan mekanisme koordinasi yang iteratif antara input, proses, dan output. Berdasarkan riset dan pengalaman, untuk mengurangi biaya dan resiko, maka sistem dimulai dari output dengan target pasar yang jelas, dan memperhitungkan potensi persaingan. Dari sini, dapat disimpulkan nilai pada pasar sangat menentukan nilai pada seluruh rantai pasok.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Tomy Perdana, S.P., M.M., dalam kuliah tamu prodi Rekayasa Pertanian SITH ITB dengan topik “Supply Chain dalam Agribisnis”, Senin (1/11/2021). Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran itu mengatakan, rantai pasok (supply chain) adalah suatu sistem terkoordinasi dari organisasi, aktivitas, informasi, dan sumber daya yang terlibat dalam pergerakan suatu produk atau jasa secara fisik atau maya (virtual) dari produsen ke konsumen.

Jika istilah rantai pasok digunakan para pelaku usaha, ada rantai nilai yang sering digunakan kalangan ekonom. Rantai nilai sendiri adalah alat analisis mengkategorikan aktivitas pemberian nilai tambah dari suatu organisasi.

Keduanya serupa, hanya saja, rantai pasok lebih menekankan kepada pelaku kegiatan, sedangkan rantai nilai ke aktivitas yang dilakukan pelaku kegiatan. Namun dari sisi prakteknya kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan, ada suatu penekanan yang menjadi penting pada keduanya; peningkatan nilai tambah dengan meningkatkan intensitas kegiatan.
“Kita tidak bisa membenturkan rantai pasok dengan rantai nilai, jadi lebih baik kita mengelola kombinasi dari aktor dan aktivitas untuk menjamin nilai terbaik bagi semua pihak,” ujar Dr. Tomy.

Dia melanjutkan, untuk mengoptimalisasikan semua sektor yang tergabung dalam satu sistem rantai pasok, diperlukan manajemen yang terampil. Manajemen rantai pasok adalah tentang bagaimana membawa produk dan layanan yang tepat pada tempat, waktu, harga, dan kondisi yang tepat pula sehingga memberikan kontribusi yang terbaik pada perusahaan. Terlepas dari permasalahan teknis, bagian tersulit dari manajemen rantai pasok adalah tentang bagaimana mengubah cara berpikir semua level perusahaan terkait supply chain yang lebih konsolidatif.

Permasalahan saat ini, lanjutnya, adalah disentifikasi dan kemacetan regenerasi yang disebabkan oleh fluktuasi produksi dan pasar yang tidak berkesinambungan dapat diatasi untuk mengatasi ketidakadilan pangan.

“Maka dari itu, dengan manajemen yang baik, pasokan yang berkesinambungan dengan pasar, dan hal-hal serupa dapat memberikan insentif bagi pelaku dan regenerasi terus berjalan agar rantai pasok yang ada sustain,” ujarnya.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)