Masalah Sampah Menggunung di TPA, Kita Bisa Lakukan Apa?
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
*Berbagai permasalahan di TPA. (Foto: Tangkapan layar YouTube Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah)
BANDUNG, itb.ac.id—Kondisi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Indonesia sudah ke arah yang memprihatinkan. Beberapa kasus seperti kebakaran TPA di Antang Makassar dan Suwung Bali, air lindi dari TPA yang cemari Sungai di Bandung Barat dan Bantargebang, hingga overload sampah di banyak TPA menunjukkan bahwa TPA sudah banyak mencemari lingkungan ketika tidak dikelola dengan baik. Isu inilah yang dibahas dalam webinar seri keenam yang diselenggarakan oleh KK Pengelolaan Udara dan Limbah (PUL) FTSL ITB pada Kamis (10/6/2021).
“Saya kira isu persampahan ini menjadi isu yang sangat krusial di Indonesia, baik di kota besar (maupun) di kota kecil. Artinya sampah ini adalah masalah kita semua; tidak hanya para ahlinya, tetapi kontribusi peran masyarakat juga sangat penting dalam pengelolaan sampah,” ucap Ketua KK PUL ITB Prof. Ir. Puji Lestari, Ph.D., saat membuka webinar tersebut.
Sesi pemaparan narasumber yang pertama diisi oleh Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, M.T. yang membahas tentang rehabilitasi dan penutupan TPA. Menurutnya, para pemangku kebijakan dapat melakukan evaluasi terhadap kualitas lingkungan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, yakni melalui penilaian indeks risiko lingkungan (IRBA).
*Pengambilan keputusan berdasarkan penilaian indeks risiko. (Foto: Tangkapan layar YouTube Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk rehabilitasi TPA adalah landfill mining. Cara ini tidak hanya menata ulang TPA, tetapi juga memanfaatkan kembali material yang ada dalam timbunan, termasuk mengekstraksi gas metan. Teknologi landfill mining dianggap dapat meningkatkan umur TPA, keuntungan finansial, dan reklamasi TPA. Meski demikian, sebaiknya proses pemilahan sampah tetap menjadi prioritas utama dalam pengelolaan sampah sehingga TPA tidak menanggung beban yang terlalu berat dalam permasalahan sampah.
Gas metan dari landfill ternyata masih banyak yang lepas ke atmosfer dan mengakibatkan efek rumah kaca. Karenanya, Dr. Ir. Opy Kurniasari, M.T., melakukan penelitian untuk mengurangi emisi gas metan dengan memanfaatkan kompos yang berasal dari sampah yang lama ditimbun di landfill sebagai tanah penutup landfill (biocover) yang menjadi media oksidasi metan. Proses oksidasi ini dipengaruhi oleh keberadaan oksigen pada biocover dan keberadaan nutrien yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
*Skema Metodologi Penelitian. (Foto: Tangkapan layar YouTube Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah)
Melengkapi paparan, Ir. Prasetyo, M.Eng., selaku Direktur Sanitasi pada Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR menjelaskan mengenai usaha pemerintah dalam pengelolaan persampahan di Indonesia, termasuk revitalisasi TPA. Beliau menekankan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengoperasikan infrastruktur TPA di daerahnya sesuai dengan kaidah teknis sehingga dapat mengurangi masalah persampahan di Indonesia.
“Ke depan, kami juga punya rencana untuk di kota/kabupaten yang memang punya potensi, dalam artian kami menginisiasi untuk pembangunan fasilitas RDF (Refused Derived Fuel); bagaimana mengolah sampah yang nantinya berubah menjadi bahan energi sebagai substitusi bagi batubara yang bisa dimanfaatkan di industri semen maupun di PLTU,” jelasnya.
Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)