"Mathematics in Batik Fractal", Kombinasi Seni, Sains, dan Teknologi

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

BANDUNG, itb.ac.id- Dalam kerangka acara "Mathematical Challenge Festival" yang diadakan Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) ITB, diselenggarakan seminar "Mathematics in Batik Fractal", aplikasi matematika dalam software pembuatan batik, Minggu (23/11). Salah satu pembicara, Yun Hariadi, banyak menjelaskan mengenai bagaimana pola batik dapat dipetakan dengan matematika dan diterjemahkan ke dalam software sehingga dapat menciptakan pola-pola yang baru.
Berangkat dari teori Chaos, yaitu teori yang membahas kesensitifan pada kondisi awal, Yun beserta Tim berhasil mengaplikasikan matematika dalam software JBatik. Disebutkan bahwa fraktal muncul sebagai tanda keteraturan dalam kekacauan (chaos) dalam suatu sistem yang kompleks. Salah satu cara untuk memahami fraktal adalah dengan menggunakan penggaris dimensi fraktal yang membutuhkan geometri baru, geometri yang mampu mengakomodasi konsep tentang kesamaan diri (Geometri Fraktal, Mendelbrot 1967). Geometri fraktal mengakomodasi objek yang berdimensi pecahan, misalnya 0.7, 1.5, atau 2.75. Dengan penggaris dimensi fraktal, tingkat fraktal suatu benda dapat dibandingkan. Dalam penjelasannya, hasil perhitungan dimensi fraktal pada batik dengan sampel 200 motif batik menunjukan bahwa batik memiliki dimensi fraktal 1.5. Hal ini menunjukan bahwa motif batik tidak cukup digambarkan oleh benda berdimensi satu namun berlebihan jika digambarkan benda berdimensi dua.  
 
Faktor yang berperan besar menghadirkan fraktal pada batik adalah teknik dekoratif yang berhubungan dengan makna simbolis pada batik, yaitu isen atau mengisi motif besar dengan motif kecil yang mirip dengan kesamaan diri pada fraktal. Kehadiran fraktal dalam batik menunjukan bahwa batik merupakan suatu sistem yang kompleks, hasil interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Manusia memahami alam lingkungan dan menerjemahkannya dengan melukis pada kain dengan teknik batik. Dari sini dapat dilihat bahwa terdapat keterhubungan antara teknologi, sosial, budaya, dan kepercayaan yang menyebabkan batik memiliki unsur fraktal. Dalam perkembangannya, batik banyak mendapat pengaruh kebudayaan-kebudayaan. Namun demikian, seperti yang dikatakan Yun, batik tetap mampu mempertahankan dimensi fraktalnya pada sekitar 1.5.  
 
Dalam software JBatik, software yang mendesain pola batik, mula-mula gambar batik diolah dan dibuat distribusi frekuensinya. Kemudian dimensinya dihitung dan dibuat fraktalnya. "Dari satu rumus saja, bisa dihasilkan banyak motif desain," ujar Yun.
 
Software JBatik sebagai kombinasi seni, sains, dan teknologi telah mendapat penghargaan Asia Pacific ICT Award (APICTA) 2008, kategori "Tourism and Hospitality" di Jakarta; penghargaan luar biasa dari UNESCO, Bangkok, Thailand; 100 Best Indonesia Innovations 2008, Istana negara, Jakarta; dan Indonesia ICT Award (INAICTA)2008.