Melalui Media Seni, Tim ITB Kembalikan Senyum Anak-anak Pasca Gempa di Lombok

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana



LOMBOK, itb.ac.id— Media seni ternyata dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kepercayaan diri, kerjasama, dan keceriaan anak-anak terutama di daerah terdampak bencana. Melihat perlunya pemulihan trauma anak-anak pasca gempa Agustus lalu di Lombok, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM ITB) melalui tim yang terdiri dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB melakukan kegiatan pemulihan trauma menggunakan media seni atau Art Healing di dusun Batu Rakit, Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.


“Art Healing adalah sebuah metode yang menggunakan media seni seperti kertas lukis, clay (lempung), sampai musik untuk memulihkan gejala mental yang dialami klien,” jelas Ardhana Riswarie, S.Sn, M.A, satu dari lima Art Therapist di Indonesia sekaligus dosen FSRD.

Pada prakteknya, anak-anak dusun Batu Rakit dibebaskan memanfaatkan media yang disediakan untuk melupakan emosinya. Mereka boleh menggambar, mewarnai, meremas, menyobek, bahkan melempar selama tidak melukai diri sendiri dan fasilitator. Metode ini sudah biasa digunakan sebagai salahsatu metode untuk trauma healing, atau pemulihan trauma korban bencana di berbagai tempat di dunia terutama untuk anak-anak. 

Menyembuhkan trauma dengan Art Healing tidak seperti menyembuhkan penyakit dengan meminum obat. Akan tetapi perubahannya bisa diketahui melalui gejala-gejala yang terlihat. Target yang diharapkan, anak-anak dapat merasakan penerimaan dan pemanfaatan atas dirinya (acceptance and forgiveness) sehingga mereka memahami apa yang terjadi dengan dirinya dan memahami alasan dari trauma yang dirasakan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.

Hari pertama Art Healing pada Senin, 24/12, berhasil menarik perhatian sekitar 30 anak dusun Batu Rakit datang ke pos yang telah dibuat Tim ITB Sabtu lalu.  Art Healing untuk anak-anak dusun Batu Rakit akan dilaksanakan selama 8 hari, sejak 24 Desember hingga 31 Desember 2018 bekerjasama dengan organisasi Pemuda Peduli dan Red Pencil Singapura. Sedangkan, media seni yang digunakan berfokus pada seni gambar dan lukis.



Tim ITB juga melakukan kegiatan terapi musik menggunakan perkusi bagi anak-anak dusun Batu Rakit dan Semokan Ruak. “Kami harap dengan metode ini mereka akan meluapkan emosinya dengan baik, sehingga secara perlahan akan memulihkan trauma anak-anak terhadap kejadian yang lalu (gempa),” ungkap Bimanda (FSRD 2015), salah satu anggota tim ITB di Lombok. 

Lampion berisi harapan juga akan diterbangkan pada acara puncak sebagai perpisahan. Di sela-sela itu, tim ITB juga mengajak anak-anak Batu Rakit bermain dengan permainan yang mengasah kerjasama tim dan kepercayaan diri. Selain itu, anak-anak juga belajar bahasa Inggris dan Indonesia yang bermanfaat bagi peningkatan kemampuan bahasa mereka. Ketua RT dan Kepala Dusun Batu Rakit menyambut baik kegiatan ini. “Kami perlu hal-hal seperti ini, agar mereka (anak-anak dusun Batu Rakit) kompak dan percaya diri,” ujar Amri, Ketua RT 02 Dusun Batu Rakit. 

*Laporan Reporter Kantor Berita ITB Nur Faiz Ramdhani dari Lombok