Membahas Dekolonisasi Seni bersama Prof. Marieke Bloembergen di Acara AESCIART FSRD ITB

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami

Foto: Patriot Mukmin/Dosen Seni Rupa ITB

BANDUNG, itb.ac.id — Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB bersama dengan Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV) menggelar “AESCIART: International Conference on Aesthetics and The Science of Art”. Kegiatan tersebut berisikan seminar, diskusi, dan lokakarya.

Dalam rangkaian pembukaan acara, Prof. Dr. Marieke Bloembergen memberikan pemaparan yang bertajuk “Unsettling ‘Asian Art’: From Bandung to Greater India, from Local Genius to the Global South – Towards Alternative Mobile Histories” ('Seni Asia' yang Meresahkan: Dari Bandung hingga India Raya, dari Genius Lokal hingga Dunia Selatan – Menuju Sejarah Alternatif yang Bergerak). Seminar ini dilaksanakan pada Selasa (08/11/2022) di Ruang Seminar, Gedung CAD FSRD ITB.

Prof. Dr. Marieke Bloembergen adalah profesor bidang Peninggalan dan Kajian Pasca Kolonial Sejarah Indonesia di Leiden University, beliau juga merupakan peneliti senior pada Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV).

Penelitiannya berfokus pada tema pengetahuan budaya dan dinamika politik pada masa kolonialisme dan pascakolonialisme di Indonesia. Pada tahun 2020, Prof. Bloembergen menerbitkan karya ilmiah berjudul “The politics of heritage in Indonesia. A cultural history” (Peninggalan Politik di Indonesia. Sejarah Kebudayaan) bersama Martijn Eickhoff.

Saat ini, ia tengah aktif menulis manuskrip buku berjudul “Indonesia and the Greater Indian Mindset. Moveable objects, enchanted knowledge networks, 1880s-1990s.” (Indonesia dan pola pikir India Raya. Benda bergerak, Jaringan Pengetahuan Mempesona, 1880-1990.)

Dalam seminar tersebut, Prof. Bloembergen menyampaikan pertanyaan mengenai bagaimana mendekolonialisasi seni dan apa yang sebenarnya akan berubah jika dekolonialisasi dianggap sebagai kegiatan dari mengubah struktur kekuasaan pada apresiasi, perpajakan, dan proses pembuatan dari karya seni.
Meninjau gambaran kecil dan besar di antara Indonesia dan dunia Barat, Prof. Bloembergen mendalami bagaimana biografi sosial suatu objek dapat diidentifikasi sebagai ‘Seni Asia’.

Selanjutnya, bergerak melalui dan melewati Indonesia, dapat membawa perspektif Prof. Bloembergen bergeser dari sebuah framing, kepada sejarah alternatif yang dinamis untuk memahami seni. Selain itu, jejaring seniman, ahli, dan budayawan seolah membuat objek-objek ini memfasilitasi berbagai nasionalis dan struktur hegemonik transnasional di seluruh dekolonisasi yang menegaskan gagasan tentang seni India Raya, dan disamping hal itu beroposisi dengan gagasan jenius lokal yang berpusat pada bangsa.

Fokus Prof. Bloembergen adalah pada apa yang kemudian dikategorikan sebagai 'Seni Asia' secara metodologis, karena penelitian ini mungkin dapat berguna untuk mengubah cara pandang pada seni modern dari Asia Tenggara serta mengetahui potensinya. Penelitian ini juga diharapkan menuju pemahaman seni lebih sosial dan dinamis yang layak menjadi bagian dari cara kita berpikir, dan menyajikan seni.

Reporter: Inas Annisa Aulia (Seni Rupa, 2020)