Membangun Integritas dan Rendah Hati: Mahasiswa ITB Ikuti Character Development Training Tahap 2
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
JATINANGOR, itb.ac.id - Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (Ditmawa ITB) kembali menggelar Character Development Training (CDT) di ITB Kampus Jatinangor, Sabtu-Minggu (17-18/02/2024). Kegiatan CDT sendiri bertujuan untuk membantu mahasiswa untuk memaknai dan mendalami karakter Adaptif-Integritas-Rendah Hati (AIR) sebagai nilai utama karakter mahasiswa ITB.
Ketua CDT ITB Nur Rama Adamas mengungkapkan pelaksanaan CDT dilakukan secara bertahap, karena mengikuti taksonomi bloom, di mana setiap pembelajaran tidak harus diberikan sekaligus di awal.
Menurutnya karakter AIR tidak diturunkan sekaligus karena cukup kompleks. Jika diturunkan secara bersamaan, karakter dinilai kurang efektif serta kurang maksimal. Karakter adaptif telah dikenalkan pada CDT 1 pada semester lalu karena karakter ini memiliki urgensi yang cukup tinggi untuk diturunkan pertama kali pada mahasiswa baru.
“Urgensi untuk memberikan ketiganya (karakter AIR) di awal itu tidak ada," jelas Rama saat diwawancara, Minggu (26/2/2024).
Rama menilai, meski telah mampu beradaptasi selama satu semester, masih terdapat pandangan yang negatif terhadap mahasiswa ITB, sebut saja dengan masih ditemukannya kasus mahasiswa yang mencontek ketika ujian.
“Mereka (mahasiswa TPB) harus ingat bahwa ada nilai-nilai yang perlu mereka bawa yaitu integritas dan rendah hati," tambah Rama.
Dalam implementasinya, selama dua hari, para trainer menyajikan materi tentang dua topik utama, yaitu "Membangun Integritas" dan "Membentuk Sikap Rendah Hati". Materi pertama membahas konsep Integritas dan Diamond Fraud, Academic Integrity, serta berbagai tips dan trik untuk memperkuat karakter integritas.
Sementara itu, materi kedua mengupas konsep Growth Mindset, Kontinum: Rendah Diri-Rendah Hati-Arogan, dan berbagai tips and tricks untuk membentuk sikap rendah hati.
Perumusan materi dan metode pada CDT 2 melalui proses yang panjang dan melibatkan bantuan psikolog. “Yang merancang materi dari awal penyusunan itu dari psikolog. Tim panitia (mamet) hanya sekadar pelengkap. Panitia memberikan kritik, saran, tambahan yang hubungannya disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di mahasiswa," tuturnya.
Dalam finalisasi materi dan metode, panitia juga menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama para dosen dan praktisi.
Pendekatan penyampaian materi tidak hanya melalui diskusi, tetapi juga dengan berbagai permainan menarik untuk membuat kegiatan ini lebih interaktif dan menarik. Metode yang diterapkan adalah ARCA, yakni aktivitas, refleksi, pematerian, dan aplikasi. Kemudian dikemas dalam sebuah cerita dari tokoh yang berkuliah di ITB.
Mahasiswa Teknik Sipil 2020 ini menilai dengan pelaksanaan CDT sukses, dilihat dari umpan balik yang diberikan oleh trainee.
“Kita lihat poin ketercapaian, dari 1 sampai 10, untuk acara itu di 9 ke atas, untuk materi juga di 9, untuk di metode juga 9," pungkas Rama.
Meski begitu, Rama berpesan bahwa pendidikan karakter bukanlah hal yang instan, terdapat proses yang panjang. CDT bermuara pada terbentuknya mahasiswa yang tidak hanya mempunyai pengetahuan akademik yang mumpuni tetapi juga memiliki karakter yang berkualitas.
Di akhir penyampaian materi, trainee diingatkan kembali akan pentingnya adaptasi dan bagaimana esensi dan penerapan AIR dalam kehidupan sehari-hari.
Reporter: Muh. Umar Thoriq (Teknik Pangan, 2019)