Membangun Learning Organization: Mau Berbagi (1)

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Dunia bisnis selalu berubah secara cepat dan tidak terduga. Untuk bisa tetap selamat dalam kondisi yang demikian, setiap organisasi bisnis harus mampu cepat membaca dan mengenali kondisi-kondisi baru dan segera beradaptasi terhadap perubahan itu. Kunci utama agar dapat selalu beradaptasi dengan cepat dan tepat adalah menerapkan organisasi pembelajar atau "learning organization". Learning organization adalah organisasi yang terlatih dalam menciptakan, meraih, dan mengubah pengetahuan/informasi dan memperbaiki sikapnya untuk mencerminkan pengetahuan dan pandangan baru. Setelah mengikuti perjalanan ide lokakarya ini, terasa jelas bahwa syarat fundamental dalam membangun 'learning organization' adalah kemauan berbagi. Selain itu, juga diperlukan sosok pemimpin yang baik. Hal-hal itulah yang dibahas dan digali dalam International Workshop: Creating A Learning Organization in Your Company. Lokakarya yang diselenggarakan 17 Mei 2005 lalu ini menjadi salah satu lokakarya dari serangkaian seminar dan lokakarya (workshop) yang digelar oleh Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Antara lain, yang hadir sebagai pembicara dalam lokakarya, Prof. Jann Hidajat Tjakraatmadja, Karl Knapp, Ph.D., dan Prof. Richard W. Moore. Ketiganya juga merupakan staf pengajar di SBM. Yang juga menarik dalam lokakarya ini adalah kehadiran dua praktisi dari dunia bisnis konsultasi profesional, yaitu Bernardus Djonoputro dari PricewaterhouseCoopers (PwC) dan Heru Prasetyo dari Accenture Indonesia. Keduanya membagikan banyak sekali pengalaman mereka dalam membina 'learning organizations'. Sebagai dasar pemahaman mengenai 'learning organizations', Prof. Jann Hidajat memberikan presentasi awal yang mengulas mengenai konsep 'learning organizations'. Pada sesi awal ini, Prof. Jann memberikan pandangan mengenai tiga gelombang "pembelajaran" (learning). Pada gelombang pertama, organisasi dan perusahaan berkonsentrasi pada peningkatan proses kerja (improve work process). Dalam fase ini, munculah konsep "kaizen", TQM, dan konsep-konsep lain yang berbasiskan pada mengatasi hambatan dan batasan. Selanjutnya, fase kedua memfokuskan pada peningkatan mengenai bagaimana cara bekerja (improve how to work). Fase ini banyak berkutat pada improvisasi cara berpikir dan pembelajaran mengenai masalah-masalah sistem yang dinamis, kompleks, dan mengandung konflik. Pada gelombang ketiga, konsep pembelajaran benar-benar tertanam dalam organisasi sebagai cara pandang dan berpikir para pimpinan dan juga pekerja.