Membuka Kunci Sukses Energi Berkelanjutan di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Diah Rachmawati

BANDUNG, itb.ac.id- Pada Kamis, 14 Januari 2021 lalu, FTTM ITB menyelenggarakan webinar dengan topik Simplying the Means of Acces to Finance. Webinar ini diadakan dari pukul 08.00 – 18.00 WIB yang dibagi pada 4 sesi. Webinar dihadiri oleh para ahli, akademisi dan terbuka untuk masyarakat umum.

Tujuan diadakannya webinar ini untuk mendiskusikan masalah yang muncul terkait sumber daya energi secara internasional khususnya negara Indonesia dan negara-negara di benua Afrika. Webinar diawali dengan sambutan dekan Fakultas Teknik Perminyakan dan Pertambangan (FTTM ITB) Prof. Dr. Ir. Ridho Kresna Wattimena, M.T.

Pada pemaparannya, Prof. Ridho menyampaikan bahwa FTTM ITB tidak hanya fokus pada minyak dan gas saja tetapi juga batu bara dan geothermal. Ia juga menyampaikan gambaran umum mengenai keadaan minyak dan gas saat ini.

“Minyak dan gas memberikan kontribusi sebesar 54% untuk memenuhi kebutuhan energi pada tahun 2019, SKK Migas telah memiliki target untuk melakukan task force untuk upstream oil dan bisnis gas dengan 1 juta barel per hari (1 BOPD) dan 12 miliar standar kubik feet gas per hari,” ujar Prof. Ridho.

Selain minyak, gas, batu bara, dan geothermal topik yang sedang dibicarakan saat ini adalah Electronic Vehicle Battery (EV-battery). Indonesia diestimasikan memiliki cadangan nikel lebih dari 50 juta ton dan dapat menjadi cadangan hingga 30 tahun, fakta ini yang mendukung EV-battery menjadi peluang riset yang cukup luas untuk dikembangkan di Indonesia. “Saat ini Tesla sedang berkomunikasi dengan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan perusahaannya di Indonesia” ujarnya.

Pada sesi webinar pertama, Dr. Koomson Abekah Isaac (Research Officer W2Points) menyampaikan bahwa riset, kebijakan, dan kondisi keuangan merupakan kunci dari energi berkelanjutan. Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi untuk mencapai itu semua di antaranya kurangnya insentif, kapasitas, dan keahlian. Indonesia masuk menjadi salah satu 30 negara pengonsumsi energi terbesar di dunia. Hal ini yang mendukung Indonesia, menjadi negara strategis untuk mengembangkan energi.

Selain mengembangkan energi dalam negeri, Indonesia juga sudah bekerja sama dengan Afrika terutama Algeria melalui proyek yang dilakukan oleh PT Pertamina Internasional EP (PIEP). Seiring bertambahnya waktu, defisit produksi terhadap konsumsi minyak nasional meningkat tajam dan semakin membebani keuangan, sehingga diperlukan sumber baru untuk mengatasi hal tersebut.

“Dengan dibangunnya PIEP mampu menambah produksi minyak sebesar 98,04 kbopd dan produksi gas sebesar 255,8 mmscfd per Desember 2020, membawa minyak ke Indonesia sebesar 41.7 juta barel sekitar 2,66 miliyar dollar, mengurangi ketergantungan impor Indonesia dan meningkatkan Indonesia’s Current Account Deficit (CAS), serta berbagi ilmu dan pengetahuan dengan negara lain,” ujar John Anis Direktur PIEP.

PIEP tidak hanya fokus mengembangkan proyek di negara Afrika saja tetapi juga negara lain seperti Kanada, Kolombia, Venezuela, Namibia, Angola, Gabon, Nigeria, Algeria, Prancis, Italia, Irak, Malaysia, dan Tanzania. Saat ini tengah dilakukan pengembangan proyek di Algeria, dengan mengembangkan 12 drilling new wells, menambah pasokan sebesar 275 MMSCFD, mengembangkan 15 workover wells, dan menambah 174 juta dolar CAPEX.

Tidak hanya bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan energi saja, Indonesia juga bekerja sama di bidang pendidikan seperti yang dilakukan oleh ITB dengan menerima mahasiswa transfer dari Gambia dan negara Afrika lainnya untuk sama-sama mengembangkan ide dan gagasan guna menangani tantangan energi saat ini dan mendatang.

Reporter: Diah Rachmawati (Teknik Industri, 2016)


scan for download