Menerawang Peluang Karier Bagi Mahasiswa TPB SITH Mengacu pada SDGs
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mengadakan pertemuan rutin secara daring dengan Mahasiswa TPB SITH Sains dan SITH Rekayasa pada Jumat (11/2/2022). Pertemuan juga dihadiri Dekan SITH Dr. Endah Sulistyawati, para Ketua Program Studi SITH, dan para Dosen Wali SITH. Selain itu, untuk meningkatkan semangat dan memberikan informasi mengenai SITH diadakan Kuliah Wawasan ITB dengan Guru Besar SITH ITB Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha sebagai pembicara.
“Pertemuan ini spesial karena semua sudah mencicipi kuliah di ITB selama satu semester penuh. Jangan berkecil hati untuk mahasiswa yang mengalami kesulitan akademik karena kami berkomitmen untuk memberikan tutorial. Kami ingin memastikan bahwa Anda bisa melewati 1 tahun TPB di ITB dengan baik,” ujar Dr. Endah Sulistyawati membuka acara.
Pembicara pada kuliah wawasan pertemuan ini adalah Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, Dekan SITH pada periode 2015-2020. Judul yang dibawakan adalah “menerawang karier dari SITH ITB agar dapat merancang karier ke depannya”.
Prof. Nyoman menerangkan, perubahan iklim global yang menjadi permasalahan penting sampai mempertemukan banyak orang penting di dunia dapat menjadi bayangan untuk karier mahasiswa TPB karena di masa depan mereka adalah penggerak yang mengisi pembangunan bangsa, memajukan bangsa, dan menyiapkan generasi berikutnya. Pemanasan global berbahan dasar sumber energi fosil perlu penyelesaian dengan hutan terutama hutan tropis. Namun, hutan tropis sedang dalam keadaan krisis maka perlu dilakukan pelestarian hutan.
United Nation membuat kebijakan berupa Sustainable Development Goals (SDG) yang terdiri dari 17 bahasan. SITH terlibat dalam 6 dari 17 bahasan SDG. Pertama zero hunger karena pada saat ini terjadi penurunan ketersediaan pangan akibat kekeringan dan lahan sempit menjadi kesempatan SITH untuk mengembangkan makanan berbasis mikroba serta mikroalga, pertanian berbasis mikroba, dan pemahaman gulma yang bermanfaat mengusir hama.
Kedua good health and well being dengan menggunakan teknologi sel punca dan penggunaan mikrobioma dalam tubuh sebagai sistem kekebalan tubuh akibat resistensi antibiotik akibat pemakaian yang tidak bijak.
Ketiga adalah affordable and clean energy yang dapat menjadi potensi Indonesia untuk menciptakan biofuel berupa biodiesel berbahan dasar nabati dari sawit dan penggunaan mikroba untuk menghasilkan lemak.
Keempat adalah climate action yang memberikan kesempatan berkreasi untuk mencari subtitusi dari penyebab emisi rumah kaca tertinggi seperti peternakan dan pertanian dengan mikroba, pengelolaan limbah organik dengan black soldier fly, dan limbah anorganik dengan bioremediasi. Terakhir adalah live below water dan live on earth yang dapat mengoptimalkan ekologi seperti menyelamatkan paru-paru dunia juga mengambil keuntungan dengan mengolah hasil hutan bukan kayu dengan teknologi mycoforestry.
“SITH mengoptimalkan sumber daya hayati lokal yang terdiri dari 6 Kingdom dan 3 Domain sebagai bahan dasar mengembangkan keilmuan. Pada saat ini hayati yang dominan adalah berukuran kecil. Berdasarkan strategi SITH 10 tahun lalu yang mengusung visi misi ke arah bio industri dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam tropika dan mengembangkan strategi dari aspek keilmuan dari aspek dasar keilmuan berupa sains dan rekayasa serta manajemen yang sudah diintegrasikan untuk mengembangkan aspek ilmu hayati agar berperan secara global untuk menanggulangi pemanasan global,” jelas Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha.
Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)