Mengenal Ormat, Pengembangan Potensi Sumber Daya Bersuhu Rendah sebagai Terobosan untuk Industri Panas Bumi di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac,id – Kapasitas dari sumber panas bumi di Indonesia saat ini terbatas hanya pada pengembangan di daerah panas bumi dengan suhu tinggi. Namun, data survei dari Badan Geologi Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki cadangan sumber daya panas bumi suhu rendah yang besar. Maka dari itu, gagasan untuk melaksanakan eksploitasi pada sumber daya panas bumi dengan suhu yang lebih rendah sangat diperlukan untuk mengembangkan cadangan sumber daya panas bumi bersuhu rendah yang besar.

Program studi magister Teknik Geotermal, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB) menyelenggarakan Geothermal Forum Webinar Series 2022 pada Jumat (20/5/2022) dengan berkolaborasi bersama perusahaan panas bumi dari Amerika Serikat, Ormat Technologies. Materi pada acara ini dipaparkan oleh Principal Geologist Ormat Technologies, Ryan Libbey dan Vice President of Exploration and Resources Management Ormat Technologies, Simon Webbison. Materi pada webinar ini disampaikan dalam bahasa Inggris.

Ormat Technologies adalah perusahaan internasional yang berbasis di Reno, Nevada, Amerika Serikat yang bergerak sebagai pemasok teknologi energi panas bumi alternatif dan terbarukan. Ormat Technologies telah membangun lebih dari 190 pembangkit listrik dengan daya lebih dari 3.200 MW. Pada Januari 2021 memiliki dan mengoperasikan 933 MW pembangkit listrik berbasis energi panas bumi.

“Ditargetkan pada tahun 2026, Ormat Technologies dapat mengembangkan pembangkit listrik bertenaga panas bumi hingga 29 Gigawatt atau 12 kali lipat ketimbang daya yang dihasilkan pada tahun 2021,” jelas Simon. Pengembangan ini akan direalisasikan melalui eksplorasi dari 3 prospek panas bumi di Indonesia.


“Pengembangan industri panas bumi pada sumber daya bersuhu rendah di Indonesia dikembangkan oleh Ormat Technologies di empat daerah yaitu di Ijen, Jawa Timur dengan tenaga 15 megawatt dan sudah beroperasi. Lalu ada Sarulla, Sumatera Utara dengan tenaga 42 megawatt dan sedang dalam proses pengembangan. Kemudian juga ada pengembangan potensi panas bumi pada sumber daya bersuhu rendah di Toka Tindung, Sulawesi Utara yang sedang dalam proses pengeboran dan juga di Wapsalit, Papua yang masih dalam proses pembangunan,” papar Simon.

Ormat Technologies memasang binary plants pada lokasi pengembangan mereka dengan berbagai perlakuan tertentu. Mulai dari melakukan 100% injeksi ulang untuk mendukung sumber daya, mengusahakan tidak ada energi yang dikonsumsi untuk pembuangan NCG dan vakum, mencegah emisi NCG, mengusahakan tidak ada kontak antara fluida panas bumi dan komponen turbin biner, dan menciptakan fleksibilitas tinggi untuk melakukan perubahan pada sumber daya. “Turbin Biner yang kami miliki dirancang dan dibuat menjadi turbin biner terbesar di dunia dengan biaya proyek dan operasional yang lebih rendah,” papar Simon.

Selain itu, Ormat Technologies juga memiliki pompa dengan teknologi line shaft yang dapat meningkatkan keluaran sumur, mencegah penskalaan produksi sumur, mempermudah proses pemisahan, menghilangkan emisi NCG, dan melakukan monitor terhadap entalpi dengan lebih mudah. “Berbagai teknologi yang dimiliki Ormat juga bermanfaat untuk berbagai tahap dalam melakukan eksplorasi,” papar Ryan.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)