Menilik Kolaborasi Riset Dunia Kedirgantaraan dan Penerbangan dalam ICASA 2018
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
*Foto dok. panitia ICASA 2018
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung menggelar konferensi internasional bertajuk “International Conference on Aerospace and Aviation (ICASA) 2018” pada 23 – 25 Oktober 2018 di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha no 10 Bandung. Acara ini merupakan konferensi internasional pertama yang diadakan oleh program studi Teknik Dirgantara ITB, yang membahas kolaborasi riset di bidang penerbangan dengan bertemakan “Aerospace and Aviaton for Regional Sustainable Development”.
Tujuan diadakannya konferensi internasional tersebut adalah sebagai tempat pertukaran informasi, diskusi, dan kolaborasi riset para peneliti dari berbagai belahan dunia dalam bidang kedirgantaraan dan penerbangan. Pada konferensi ini, terdapat beberapa kategori utama penelitan yang menjadi fokus acara tersebut, yaitu Aviation Science & Technology (Airport), Aviation Science & Technology (MRO), Aerospace Engineering (Aircraft), Aerospace Engineering (Propulsion), Aviation Science & Technology (Multidisciplinary), Applied Science & ngineering, Aerospace Engineering (Aerodynamics), dan Aerospace Engineering (Structure and Combat).
Sesi pertama Plenary Keynote Session diisi dengan pembicara Jusman Syafi’i Djamal, Menteri Perhubungan Indonesia pada 2007- 2009, yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT KAI. Pada sesi pertama, ia membicarakan topik yang sedang marak di dunia kedirgantaraan dan penerbangan, yaitu “The Future of Airline Industry”.
“Industri penerbangan itu adalah industri yang dinamis dan memiliki banyak krisis, sehingga harus senantiasa beradaptasi terhadap berbagai jenis krisis,” tutur Jusman Syafi'i.
Menurutnya, industri penerbangan adalah salah satu industri yang cukup tangguh dalam menjaga keberadaannya di tengah kompleksitas dan ketidakpastian yang ada. Walau dengan kondisi tersebut, industri penerbangan diperkirakan akan terus bertumbuh hingga beberapa tahun ke depan. Sebagai contoh, pasar Asia Pasifik diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan daerah tersebut menampung sekitar setengah populasi dunia dan sedang mengalami peningkatan kondisi ekonomi, termasuk Indonesia yang diprediksi akan menjadi salah satu pasar yang memiliki pertumbuhan yang cepat.
Kepadatan aktivitas penerbangan di Indonesia menyebabkan peningkatan infrastruktur di berbagai bandar udara di Indonesia yang dapat meningkatkan ekonomi lokal, seperti pembuatan bangunan baru, ekspansi lahan bandara, serta modernisasi struktur bandar udara yang ada.
*Foto dok. panitia ICASA 2018
Selain perbaikan dan peningkatan infrastruktur, isu lain sektor penerbangan di Indonesia adalah maraknya pengembangan industri manufaktur pesawat di Indonesia dan permintaan yang tinggi atas pilot tiap tahunnya. Hal – hal tersebut tentunya menjadi bukti pendukung bahwa perkembangan industri penerbangan di Indonesia sedang mengalami tren yang positif.
Setelah sesi pertama, profesor dari Technische Universität München (TUM), Florian Holzapfel, membicarakan salah satu riset yang ia lakukan dengan judul “Requirement Driven Model Based Development of Modern Control Laws for Fly-by-Wire Aerial Systems”.
Florian mengatakan, pembuatan suatu pesawat biasanya dilakukan dalam berbagai tahap yang fundamental, seperti proses integrasi dan verifikasi. Proses – proses tersebut memiliki peranan penting dalam kelancaran suatu pesawat dan akan menyebabkan dampak negatif jika ternyata produk yang dibuat tidak sesai dengan syarat dan spesifikasi yang diminta.
Dengan alat dan metode ini, ketidaksesuaian syarat dan spesifikasi bisa ditemukan dengan lebih cepat, yang tentunya dapat mengurangi biaya suatu perusahaan secara signifikan. Alat ini juga tergolong sangat adaptif dan menjadikan keamanan penumpang sebagai salah satu fokus utamanya.
Pada sesi ketiga, Plenary Keynote Session diisi dengan Wahyu Kuntjoro, seorang profesor dari Universiti Teknologi MARA, Malaysia. Pada sesi ini, Wahyu membicarakan topik penelitian yang berjudul “Structural Health Monitoring of Fighter Airplanes – Operator Perspective”.
Dia memaparkan, fatigue atau “kelelahan” suatu pesawat adalah hal yang lumrah di dunia penerbangan, namun, fenomena tersebut tentunya harus dikontrol untuk menghindari efek negatif dalam jangka panjang. Oleh karena itu, beliau mengemukakan pentingnya pengawasan dan inspeksi kelelahan rangka pesawat. Hal ini tentunya juga berkaitan dengan beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti biaya proyek, sertifikasi, validasi, serta sifat – sifat material dari pesawat tersebut.
Setelah itu, Plenary Keynote Session diisi dengan pembicara terakhir, yaitu Lavi Rizki Zuhal, kepala program studi Teknik Dirgantara ITB. Sesi ini diawali dengan pemaparan singkat mengenai kampus ITB dan dilanjutkan dengan presentasi yang bertajuk “Modern Tools for Aerospace Engineering Research and Design”.
Saat ini, dijelaskan Lavi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin berkembang dan kompleks dibanding sebelumnya. Berdasarkan kebutuhan tersebut, dunia kedirgantaraan dan penerbangan membutuhkan alat eksperimental dan komputasi yang modern sehingga penelitian bisa terus dilakukan, salah satunya adalah pendekatan machine learning. Pendekatan tersebut memungkinkan optimasi dan peningkatan performa, serta penemuan – penemuan fenomena baru yang berguna untuk penelitian di masa depan yang dilakukan melalui penggunaan model – model dan teknik–teknik terkait.
Setelah rangkaian Plenary Keynote Session, ICASA 2018 memiliki rangkaian acara lainnya yang berupa presentasi poster dan penelitian. Presentasi-presentasi tersebut diisi oleh berbagai peneliti yang berkecimpung dalam bermacam–macam bidang. Rangkaian presentasi ini berlangsung pada tanggal 24 – 25 Oktober 2018 di Aula Barat ITB dan akan memaparkan topik – topik penting yang berkontribusi dalam perkembangan riset kedirgantaraan dan penerbangan di Indonesia.
Reporter: Verdyllan Nurendra Agusta