Mentoring Akbar dan Tahsin kuliah Asistensi Agama dan Etika Islam
Oleh kikywikantari
Editor kikywikantari
BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangka menambah pengetahuan agama, dan mengumpulkan kelompok mentoring, para mahasiswa yang mengambil mata kuliah wajib Asistensi Agama dan Etika Islam (AAEI) diwajibkan untuk datang pada acara Mentoring Akbar dan Tahsin yang berlangsung pada hari Sabtu (21/02/09) di Ruang Utama Masjid Salman ITB, pukul 07.00-09.00 WIB.
Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an dan sambutan dari ketua AAEI periode 2008/2009. Dilanjutkan dengan tausiyah dari Asep Zainal Ausop, selaku salah satu dari dosen pengajar kuliah AAEI. Asep mengatakan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya masih ada mahasiswa muslim yang mencoba mengambil mata kuliah agama lain yang dianggap lebih mudah untuk mendapatkan nilai. Namun, hal tersebut diharapkan dapat dihindari pada tahun ini karena sebenarnya mempelajari agama adalah kewajiban tiap muslim.
Dalam tausiyahnya, Asep mengatakan bahwa pendidikan agama adalah pembangunan karakter, bukan hanya transfer ilmu pengetahuan atau transfer nilai." Islam itu bukan hanya believing, tapi juga empirik dan sains." ujarnya. Dalam Islam terdapat empat sains, yaitu : empirikal; yang bersumber pada perbuatan, pembuktiannya dapat dirasakan dengan panca indera, yang kedua adalah rasional; yang bersumber dari pikiran, pembuktiannya hanya dapat dengan menggunakan rasio, yang ketiga adalah suprarasional; yang bersumber dari hati, pembuktiannya dengan iman, dan yang terakhir adalah metarasional; yang bersumber dari ruh, pembuktiannya dapat dengan menanyakan pada ruh. Beliau memberikan contoh hal-hal yang suprarasional, seperti peristiwa Isra Mi'raj dan kisah Nabi Zakaria yang memiliki istri yang sudah tua, namun ternyata dapat mengandung dan melahirkan.
Mentoring berlangsung setelah tausiyah selesai dengan kelompok-kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Tiap kelompok didampingi oleh satu orang mentor yang akan memberikan materi-materi rohani dengan jadwal yang sudah disepakati tiap kelompok.
Dalam tausiyahnya, Asep mengatakan bahwa pendidikan agama adalah pembangunan karakter, bukan hanya transfer ilmu pengetahuan atau transfer nilai." Islam itu bukan hanya believing, tapi juga empirik dan sains." ujarnya. Dalam Islam terdapat empat sains, yaitu : empirikal; yang bersumber pada perbuatan, pembuktiannya dapat dirasakan dengan panca indera, yang kedua adalah rasional; yang bersumber dari pikiran, pembuktiannya hanya dapat dengan menggunakan rasio, yang ketiga adalah suprarasional; yang bersumber dari hati, pembuktiannya dengan iman, dan yang terakhir adalah metarasional; yang bersumber dari ruh, pembuktiannya dapat dengan menanyakan pada ruh. Beliau memberikan contoh hal-hal yang suprarasional, seperti peristiwa Isra Mi'raj dan kisah Nabi Zakaria yang memiliki istri yang sudah tua, namun ternyata dapat mengandung dan melahirkan.
Mentoring berlangsung setelah tausiyah selesai dengan kelompok-kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Tiap kelompok didampingi oleh satu orang mentor yang akan memberikan materi-materi rohani dengan jadwal yang sudah disepakati tiap kelompok.