Menuju Kursi Rektor ITB 2010-2014: Adang Surahman Siap Bawa ITB Menjadi Lebih Maju dan Selaras

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

Prof. Adang SurahmanBANDUNG, itb.ac.id- Adang Surahman, salah satu Calon Rektor 2010-2014, berujar ITB ke depan harus mampu menjadi kampus pusat perubahan budaya bangsa. Hal tersebut menjadi satu dari enam poin visi-misi Adang bila terpilih sebagai Rektor ITB periode 2010-2014. " Jadi kalau ada orang yang ingin cari sesuatu yang baru datangnya ke ITB. Kalau ada orang yang ingin bertanya datangnya ke ITB." terang Wakil Rektor Senior Bidang Akademik ITB yang siap membawa ITB menjadi lebih maju dan selaras ini.
Kantor Berita USDI berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Adang Surahman di kantor Wakil Rektor Senior Bidang Akademik, gedung CCAR, Jalan Tamansari 63 Bandung pada Jumat (13/11/09). Dalam kesempatan ini, Adang menambahkan lima poin visi yang lain, yakni: Mejadikan ITB sebagai kontributor bangsa, menjadikan insan ITB bersinergi, meningkatkan daya saing ITB dalam kancah internasional, meningkatkan keadilan dan kesejahteraan warga ITB, serta meningkatkan integritas dan intelektualitas lulusan ITB.

Menjadi Kontributor Bangsa Lebih Penting dari Sekedar Mengejar Ranking Dunia


Bagi Adang, menjadi Kontributor bangsa jauh lebih penting dari sekedar mengejar ranking dunia. " Menjadi kontibutor bangsa akan menjadi salah satu prioritas utama saya." tegas mantan Ketua Jurusan (sekarang Program Studi-red) Teknik Sipil ini. Hal ini didasari bahwa ITB belum berperan banyak dalam mengatasi persolaan bangsa. Untuk itu, Adang memfokuskan tiga bidang sebagai arahan, yakni industri, energi, dan infrastuktur. Pria kelahiran Cimahi, 7 September 1954 ini berkeyakinan apabila ITB telah mampu dan mapan dalam menjawab persoalan bangsa, maka akan meningkatkan standing ITB di mata dunia.

Adang juga melihat bahwa sinergisasi kampus ITB sangat penting. Untuk itu, ia akan melakukan beberapa cara untuk meujudkan insan ITB yang bersinergi. Misal dalam kaitannya dengan mahasiswa, Adang akan menggodok beberapa program unggulan kepada mahasiswa, terutama terkait dengan ko-kulikuler. Sedangkan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan warga ITB, Guru Besar Bidang Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ini mencontohkan tentang kinerja karyawan. "Saat ini mungkin belum terlalu terbedakan karyawan yang bekerja benar dengan tidak benar. Atau karyawan yang tanggung jawabnya besar dengan yang kurang besar." ujarnya. " Salah satu contohnya seperti karyawan yang langsung berhubungan dengan mahasiswa DO (dropped out-red) pasti akan memiliki risiko kerja yang cukup tinggi daripada pegawai yang tugasnya menerima tamu. Jadi kinerja tidak hanya diukur melalui jam kerja, tapi juga tanggung jawab."

Sudah Berpengalaman

Keunggulan Adang dari Calon lain mungkin terletak pada pengalamannya berkiprah sebagai petinggi ITB. Tercatat alumnus Teknik Sipil angkatan 1973 ini menduduki kursi Wakil Rektor Bidang Akademik selama delapan tahun, atau dalam dua peroide kependidikan. Itulah yang menjadikan motivasi yang besar bagi Adang. " Selama 8 tahun menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik, saya tahu bidang mana saja yang sudah berjalan baik dan tidak baik. Saat saya menjabat Wakil Rektor, saya hanya bisa menangani di bidang saya saja. Namun kalau jadi Rektor saya berwenang memperbaiki semua bidang." ucapnya.

Bagi Adang, seorang Rektor ITB harus memiliki management skill yang handal untuk mengurusi sebuah institusi yang besar. Kehandalan tersebut termasuk apabila kita tidak mampu menangani bidang tertentu, maka kita harus mamapu mencari orang yang mampu untuk menanganinya.

Persiapan BHP

Adang memiliki keyakinan bahwa ITB sanggup untuk berganti status menjadi BHP (Badan Hukum Pendidikan) dari semua BHMN (Badan Hukum Miliki Negara-red). Peraih Ganesha Wira Adhi Utama ini menganalisis bahwa ITB sudah matang, dilihat dari segi networking dan kemitraan sehingga siap untuk berada pada jalur BHP.

Dalam UU BHP, Rektor memiliki wewenang yang lebih besar ketimbang saat BHMN dalam membuat keputusan. "Jadi saya harus mempersiapkan mental juga, karena tanggung jawab semakin besar ketika membuat keputusan sendiri." terangnya.