Myra Gunawan : Studi Pariwisata ITB Kini dan Nanti
Oleh Hafshah Najma Ashrawi
Editor Hafshah Najma Ashrawi
BANDUNG, itb.ac.id - "Pariwisata", sekilas institut teknoologi dengan jargon sains, teknologi, dan seni sama sekali tidak memiliki kaitan dengan kata tersebut. Namun siapa sangka rupanya ITB merupakan salah satu perintis studi dan penelitian mengenai kepariwisataan di Indonesia. Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata (P2Par) ITB merupakan salah satu lembaga perintis penelitian mengenai kepariwisataan Indonesia yang didirikan pada tahun 1993. Hal ini dituturkan oleh peraih penghargaan Ganesha Widya Cendekia Utama 2013, Myra Puspasari Gunawan yang sekaligus perintis studi kepariwisataan selama menjalani masa bakti pengajarannya di ITB.
Awal dari ketertarikan mendalami kepariwisataan ini rupanya diawali dari inisiatif salah satu mahasiswa bimbingan Myra Gunawan untuk menjadikan pariwisata sebagai topik tugas akhir. Berawal dari insiatif mahasiswa bimbingannya, Myra bersemangat untuk mulai menekuni bidang kepariwisataan. Tidak lama setelahnya, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITB diminta oleh Direktorat Jenderal Dinas Perhubungan untuk pembuatan masterplan atau rencana induk Perencanaan Pariwisata Nasional. "Saat itu, buku-buku atau literatur studi mengenai pariwisata jarang sekali ada. Sering kami harus belajar secara otodidak dari dokumen-dokumen yang ada," kenang Myra.
Selain itu, bekerjasama dengan tim bantuan Jepang, tim PWK ITB membuat perencanaan wilayah dalam konteks pariwisata untuk wilayah Jawa Barat bagian barat. Dilanjutkan dengan pembuatan analisis perencanaan pariwisata bekerjasama dengan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Parpostel) Pemerintah Daerah NTT. Melihat urgensi studi kepariwisataan yang diharapkan mampu menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di masa yang depan, rektor ITB kala itu, Wiranto Arismunandar mengamanatkan adanya Pusat Penelitian Pariwisata. Tepatnya pada 9 Agustus 1993, Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan didirikan.
Bidang Pariwisata merupakan bidang multidisipilin dan multisektoral. Harapan tinggi terhadap pariwisata Indonesia belum didukung dengan perencanaan yang matang. Hal ini menyebabkan pembangunan pariwisata Indonesia terhambat oleh banyaknya pembangunan sektoral dan tumpang tindih antara sektor-sektor disiplin ilmu. Didirikannya P2Par ITB bertujuan untuk menjadi simpul keterlibatan berbagai ilmu pengetahuan dan ahli yang ada di ITB dan lingkungan akademik lainnya, selain turut menjembatani sektor-sektor yang ada di lingkungan publik maupun swasta.
Pada Maret 2008, Kepariwisataan diakui sebagai sebuah disiplin ilmu oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Departemen Pendidikan Nasional. Dalam sambutannya di Lokakarya Nasional "KEPARIWISATAAN : ILMU & PROFESI" Februari 2009 lalu, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc menyatakan akan dibukanya Program Magister Pariwisata. Saat ini program tersebut termasuk dalam program studi Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB.
Hampir 40 tahun menjalani profesi sebagai dosen, Myra Gunawan turut menggagas atau dapat dikatakan membidani lahirnya studi pariwisata ini. Ketekunannya menggagas studi pariwisata ini pulalah yang mengantarkan Myra meraih penghargaan Ganesha Cendekia Widya Utama 2013. "Walau sejujurnya, penghargaan itu akan lebih berarti untuk saya apabila saya masih dapat mengabdikan diri untuk ITB," kenangnya. Kini program studi magister pariwisata ITB berusaha menyeimbangkan kemajuan pendidikan di bidang hospitality dengan pendidikan di bidang tourism (kepariwisataan), agar sistem kepariwisataan nasional dapat berjalan lebih baik. Pariwisata akan memegang peran yang semakin penting dalam pembangunan nasional, tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dalam berbagai dimensi yaitu sosial, budaya, dan politik.
Selain itu, bekerjasama dengan tim bantuan Jepang, tim PWK ITB membuat perencanaan wilayah dalam konteks pariwisata untuk wilayah Jawa Barat bagian barat. Dilanjutkan dengan pembuatan analisis perencanaan pariwisata bekerjasama dengan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Parpostel) Pemerintah Daerah NTT. Melihat urgensi studi kepariwisataan yang diharapkan mampu menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di masa yang depan, rektor ITB kala itu, Wiranto Arismunandar mengamanatkan adanya Pusat Penelitian Pariwisata. Tepatnya pada 9 Agustus 1993, Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan didirikan.
Bidang Pariwisata merupakan bidang multidisipilin dan multisektoral. Harapan tinggi terhadap pariwisata Indonesia belum didukung dengan perencanaan yang matang. Hal ini menyebabkan pembangunan pariwisata Indonesia terhambat oleh banyaknya pembangunan sektoral dan tumpang tindih antara sektor-sektor disiplin ilmu. Didirikannya P2Par ITB bertujuan untuk menjadi simpul keterlibatan berbagai ilmu pengetahuan dan ahli yang ada di ITB dan lingkungan akademik lainnya, selain turut menjembatani sektor-sektor yang ada di lingkungan publik maupun swasta.
Pada Maret 2008, Kepariwisataan diakui sebagai sebuah disiplin ilmu oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Departemen Pendidikan Nasional. Dalam sambutannya di Lokakarya Nasional "KEPARIWISATAAN : ILMU & PROFESI" Februari 2009 lalu, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc menyatakan akan dibukanya Program Magister Pariwisata. Saat ini program tersebut termasuk dalam program studi Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB.
Hampir 40 tahun menjalani profesi sebagai dosen, Myra Gunawan turut menggagas atau dapat dikatakan membidani lahirnya studi pariwisata ini. Ketekunannya menggagas studi pariwisata ini pulalah yang mengantarkan Myra meraih penghargaan Ganesha Cendekia Widya Utama 2013. "Walau sejujurnya, penghargaan itu akan lebih berarti untuk saya apabila saya masih dapat mengabdikan diri untuk ITB," kenangnya. Kini program studi magister pariwisata ITB berusaha menyeimbangkan kemajuan pendidikan di bidang hospitality dengan pendidikan di bidang tourism (kepariwisataan), agar sistem kepariwisataan nasional dapat berjalan lebih baik. Pariwisata akan memegang peran yang semakin penting dalam pembangunan nasional, tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dalam berbagai dimensi yaitu sosial, budaya, dan politik.