Orasi Ilmiah Haryo Winarso, Ph.D.: Pergeseran Paradigma Perencanaan dan Pembangunan Kota

Oleh Nur Huda Arif

Editor Nur Huda Arif

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2015/2016 yang diadakan Senin (10/08/2015) di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Ir., Haryo Winarso M.Eng., Ph.D. berkenan memberikan orasi ilmiah dengan judul "Pergeseran Paradigma dalam Perencanaan dan Pembangunan Kota, dan Peluang untuk Penelitian". Orasi ilmiah ini diselenggarakan pada sesi Sidang Terbuka Progam Pasca Sarjana (magister dan doktor). Pada kesempatan itu, Haryo yang merupakan dosen Progam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota dengan Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota mengajak para hadirin untuk memahami ilmu yang telah ia geluti lebih dari 25 tahun yaitu ilmu perencanaan kota dan sifat integrated dari ilmu ini.

Di hadapan Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Forum Guru Besar, Pimpinan Fakultas dan Sekolah, Pimpinan Progam Studi, Pimpinan Ikatan Alumni ITB, Dosen, serta mahasiswa baru Pasca Sarjana, Haryo memaparkan perkembangan pandangan mengenai perencanaan dan pembangunan kota hingga muncul dua kata "smart city" dan peluang riset yang bisa dikerjakan oleh ITB dan mahasiswa Program Pasca Sarjana dalam kerangka pemikiran perencanaan dan penggembangn kota secara terintegrasi. Orasi disampakain dalam tiga pokok bahasan yaitu (1) urbanisasi dan tantangan perkembangan kota, (2) pergeseran paradigma, serta (3) peluang riset.

Urbanisasi dan Tantangan Perkembangan Kota

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk di bumi kian bertambah sementara lahan untuk tempat tinggal tidak bertambah. Hal tersebut diperparah dengan masalah proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan semakian bertambah. Berdasarkan data dari PBB pada tahun 2014, sebanyak 54% dari 7,324 miliar penduduk dunia tinggal di daerah perkotaan bahkan diperkiakan pada tahun 2050 angka tersebut mencapai 66% dan sebagian besar terjadi di negara-negara Asia. Fenomena ini sejalan dengan lahirnya "mega cities" yaitu kota dengan jumlah penduduk melebihi 10 juta jiwa. Pada tahun 2014, telah tercatat 28 kota dunia merupakan mega cities dan 16 diantaranya berada di Asia termasuk di Indonesia. Jakarta telah menduduki posisi kedua sebagi kota dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu mencapai 35 juta jiwa pada tahun 2015. Angka-angka tersebut bukannya tanpa arti, banyak tantangan dan masalah yang akan ditimbulkan dari fenomena ini yaitu penyediaan infrastruktur perkotaan seperti rumah, air bersih, dan transportasi; penyediaan energi; penyediaan pangan; dan tantangan pada pemerliharaan ligkungan hidup dan perubahan iklim.

Masalah-masalah tersebut akan menimbulkan efek domino terhadap masalah yang lainnya, contohnya permasalahan sosial-ekonomi yaitu pekerjaan, pendidikan, kemiskinan, kriminalitas, dan sebagainya. bahkan dengan menumpuknya penduduk di daerah perkotaan akan melahirkan kawasan pemukiman yang kumuh (slum area) terutama di Afrika dan Asia. Kawasan pemukiman yang kumuh ini sangat minim akses terhadap air bersih dan sanitasi, tidak memiliki legalitas untuk tinggal, serta memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi.

Pergeseran Paradigma dalam Perencanaan dan Penggembangan Kota

Ilmu perencanaan kota telah berkembang cukup lama dan telah mengalami pergeseran dalam memandang dan menyelesaikan persoalan dan tantangan yang dihadapi kota sesuai dengan zamannya. Perencanaan kota pada awalnya hanya meliputi perencanaan fisik yang sebenarnya dapat kita lihat pada kota-koa lama bahkan pada zaman sebelum Yunani dan Romawi. Namun, konsep perencanaan fisik ini baru diperkenalkan secara formal pada tahun 1851 oleh  Ebenezer Howard lewat ide cermelangnya "Garden City of Tomorrow". Ide tersebut timbul karena adanya menurunnya kualitas fisik perkotaan akibat adanya urbanisasi dan industrialisasi pasca revolusi industri.

Pasca perang dunia pertama, tak hanya masalah fisik yang mendasari perencanaan kota namun juga memasukan aspek spasial (keruangan), organisasi metropolitan, perumahan, tenaga kerja, dan ruang terbuka sehingga munculah pemikiran perencanaan  regional. Seiring dengan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan lahirlah perencanaan kota yang didasarkan pada sustainable development. Kemudian muncul perencanaan ruang (spatial planning), pengelolaan kota (urban management), hingga saat ini muncul konsep smart city yang memanfaatkan ICT (information and communication technology).

Peluang Riset

Menurut Haryo, ITB sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan reputasi yang baik seharusnya ITB mampu menjawab tantangan dan masalah perkotaan tersebut dengan melakukan riset-riset yang terintergrasi maupun interdisiplin ilmu. Tema-tema riset terintergrasi seperti: permodelan perkotaan, transportasi yang terinstergrasi berdasarkan aplikasi ICT, green energy untuk perumahan dan transportasi kota, e-governance. "Big data management untuk perencanaan kota dan lain-lain sebagainya akan sangat berguna untuk menjawab tantangan persoalan perencanaan dan penggembangan kota". Orasi ini ditutup dengan kutipan dari Prof. Jane Jacobs: "there is no logic that can be superimposed on the city; people make it and it is to them, not buildings, that we must fit our plans".