Rancang Integrasi SiPongi dan ZigBee, Mahasiswa ITB Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

BANDUNG, itb.ac.id - Sebuah prestasi kembali patut diapresiasi dari mahasiswa ITB. Memanfaatkan kompetensi di bidang teknologi, Nurhayati B. Tarigan (Rekayasa Hayati 2012), Paulinus ( Rekayasa Pertanian 2012), dan Dianisa Rizkika (Rekayasa Pertanian 2012) mampu merancang integrasi sistem informasi SiPongi dengan spesifikasi protokol komunikasi bernama ZigBee. Karya mahasiswa ITB tersebut membuahkan penghargaan tingkat nasional dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Pekan Raya Biologi 2016 yang diselenggarakan pada Kamis-Sabtu (11-13/02/16) di Pekanbaru, Riau. Kompetisi ini mengangkat tema "Inovasi Aplikatif Pengelolaan Hutan Berkelanjutan", tim ITB sendiri menekankan karyanya untuk fokus pada subtema "Sistem Persiapan Dini Kebakaran Lahan dan Hutan". Karya tersebut berjudul "Implementasi ZigBee IEEE 802.15.4 untuk Meningkatkan Performa Sipongi - Aplikasi Pendeteksi Titik Api Milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sebagai Usaha Pencegahan Kebakaran Hutan Sejak Dini"
Eksplorasi Pengetahuan, Terapkan dalam Teknologi

Setelah melakukan identifikasi masalah, studi literatur dan analisis potensi dengan pendekatan kualitatif, tim ini mendapatkan sebuah gambaran mengenai potensi Zigbee jika dipadukan dengan Sipongi milik pemerintah untuk menemukan titik api dengan metode yang lebih efisien dan cepat. Alasan waktu yang singkat adalah upaya untuk memadamkan titik api yang ditemukan beberapa saat oleh sensor pada Zigbee hal ini mampu meminimalisir kerugian maupun hal-hal yang tidak diinginkan. Dari hasil gambaran yang diteliti, penelitian ini dikatakan suatu penelitian deskriptif. Analisis data dilakukan dengan analisis induktif yaitu dilakukan dengan cara menganalisis hal-hal yang bersifat khusus untuk selanjutnya akan ditarik kesimpulan yang obyektif sesuai fakta. Fakta-fakta tersebut diperlukan untuk menganalisis peningkatan kemampuan SiPongi yang digabungkan dengan sisipan sistem monitoring yang dimiliki aplikasi Zigbee sebagai pendeteksi dini titik api yang merupakan indikasi kebakaran hutan. Setelah paham mengenai seluruh pengetahuan yang dibutuhkan, segala bentuk rancangan yang diinginkan tentu dapat diwujudkan.

Teknologi dalam Upaya Preventif Atasi Darurat Kebakaran


Berawal dari masalah kebakaran hutan dan polusi asap, inovasi pun hadir kembali. Berkat hasil analisis dan evaluasi terhadap sistem yang telah ada, rancangan yang efektif dan presisi dapat terwujud. Upaya menurunkan angka kebakaran dan korban polusi asap dapat disederhanakan dan dipermudah dengan teknologi. Teknologi sebagai representatif keilmuan mahasiswa ITB sudah selayaknya dapat memberi nilai lebih. Disamping dapat mendukung SiPongi sebagai aplikasi siaga titik api milik pemerintah, rancangan ZigBee buatan mahasiswa ITB melaporkan data tanpa batasan waktu. Secara khusus ZigBee dapat mengatur pertukaran data, mengatasi keterbatasan satelit yang semula membuat sistem hanya dapat bekerja 2 kali sehari, ditambah lagi ZigBee mampu beroperasi pada radius 76 m tanpa kabel (wireless). Integrasi ini pun menawarkan instalasi yang relatif murah dibandingkan mengandalkan satelit hasil kerja sama dengan pihak NASA (Lembaga Luar Angkasa Amerika Serikat. Ditambah lagi ZigBee memilikin desain dengan konsumsi daya yang rendah dan tahan lama. Seluruh kelebuhan sistem ini mampu mengatasi kondisi lapangan yang dinamis dan sulit diprediksi.

Tidak ada api jika tidak ada asap, melihat peluang tersebut solusi kini terformulasi. Dengan sensor asap, sensor suhu dan sensor hotspot, ZigBee yang semula diterapkan di rumah susun kini dapat dimanfaatkan di lahan terbuka. Kreativitas yang tinggi tersebut merujuk pada permasalahan tentang pencegahan kebakaran hutan di Indonesia yang masih perlu di perbaiki. Sistem integrasi ini juga mampu digunakan untuk me-monitoring hutan yang mempunyai luas tertentu. Kedepannya, sistem monitoring ini diharapkan mampu membantu pemerintah dalam menangani titik api penyebab kebakaran hutan dengan cepat. Nurhayati berharap agar bakat mahasiswa ITB dalam menulis karya ilmiah semakin berkembang, baik melalui UKM maupun komunitas tertentu.  Hal tersebut dapat menperbesar peluang berprestasi dan sarana pemberi solusi untuk meningkatkan produktivitas negeri.