Orasi Ilmiah Prof. Bagus Endar B Nurhandoko: Inovasi Pencitraan untuk Energi Bersih dan Mitigasi Bencana di Indonesia

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Dr.Eng. R. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko, dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, menyampaikan orasi berjudul "Teknologi Pencitraan Dinamika Sistem Bumi dan Batuan: Untuk Sumber Energi yang Ramah Lingkungan, Berkelanjutan, dan Mitigasi Bencana".

BANDUNG, itb.ac.id – Guru Besar dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB), Prof. Dr.Eng. R. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko, menyampaikan Orasi Ilmiah Guru Besar di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (20/7/2024). Dengan orasi berjudul “Teknologi Pencitraan Dinamika Sistem Bumi dan Batuan: Untuk Sumber Energi yang Ramah Lingkungan, Berkelanjutan, dan Mitigasi Bencana”, Prof. Bagus membahas inovasi pencitraan bawah permukaan bumi yang bertujuan untuk memajukan sektor energi serta mitigasi bencana.

Prof. Bagus menguraikan tantangan besar dalam pencarian dan pengembangan sumber energi. Menurutnya, pencitraan bawah permukaan bumi merupakan kunci dalam memahami karakteristik reservoir, seperti dimensi volumetrik, porositas, jenis batuan, kadar fluida, dan arah retakan. Secara umum, kondisi reservoir di alam lebih kompleks sehingga perlu untuk digambarkan secara volumetrik, tekanan, dan suhu bawah permukaan secara lengkap untuk menjawab kompleksitas tersebut.

Prof. Bagus menjelaskan penggunaan teknologi canggih, termasuk kombinasi antara fisika batuan dan kecerdasan buatan, diperlukan untuk memetakan citra bawah permukaan bumi. Salah satu inspirasi besar dalam penelitian teknologi ini adalah penemuan reservoir minyak di lapangan Libra, cekungan Santos, Brazil. Reservoir ini dapat ditemukan di bawah lapisan kubah garam yang sebelumnya tidak tampak. Namun, dengan teknologi pencitraan, akhirnya berhasil mengungkap cadangan minyak yang luar biasa besar.

Salah satu keberhasilan pencitraan bawah bumi melalui pencitraan temperaturnya adalah pada akhirnya dapat menjawab penyebab terjadinya fenomena bledug Kuwu, yang terjadi di daerah antara Gunung Lawu dan Gunung Muriah, yang diketahui disebabkan oleh temperatur yang sangat tinggi di bawah permukaan buminya. Dengan pencitraan temperatur bawah tanah ini juga, dapat dilihat daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang masih aktif ataupun sudah mati dan menentukan daerah-daerah rawan bencana.

Beliau juga membahas pengembangan teknologi dalam upaya mitigasi bencana. Teknologi tomografi resistivitas memungkinkan untuk melakukan penggambaran terhadap kondisi bawah permukaan tanah dengan memeriksa variasi resistivitasnya. Melalui tomografi resistivitas ini pun, manusia dapat memonitor proses injeksi CO2 ke dalam tanah, yang sangat penting untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim.

   

“Dengan teknik bentang panjang daripada tomografi resistivitas yang seperti ini, kita bisa melihat citranya sesar naik, sehingga geometri bawah permukaannya bisa kita prediksi. Sehingga, misalkan kita lakukan pembangunan infrastruktur terowongan dan seterusnya, kita bisa merencanakan dengan lebih baik dengan kehadiran daripada citra yang ada di bawah permukaan ini,” ujar Prof. Bagus.

Salah satu aplikasi dari teknologi ini adalah studi mengenai fenomena likuefaksi pada Lombok saat terjadi gempa bumi di tahun 2016. Dengan citra bawah tanah yang diperoleh dari tomografi likuefaksi ini, Prof. Bagus dam tim berhasil menjawab pertanyaan alasan Lombok Utara tidak mengalami likuefaksi hebat walaupun terjadi gempa saat itu.

“Ternyata di bawah dari lapisan lunak yang terdiri dari pumis atau batu apung, yang sangat mudah untuk lepas itu, terdapat carbonate reef atau batu karang. Dan itu menyebar di Lombok Utara, dari sisi pantai sebelah barat sampai ke Timur. Itu yang menyebabkan tidak terjadi likuefaksi seperti di Palu,” ujarnya.

   

Beliau juga berhasil mengembangkan marine resistivity tomography, yang membantu dalam pemetaan daerah bawah air laut. Dalam aplikasinya di laut Cirebon, Prof. Bagus berhasil mengungkap daerah-daerah di kolom air yang terdominasi oleh pasir dan terdominasi oleh lumpur.

Beliau menekankan pentingnya penelitian dan pengembangan teknologi pencitraan dalam menghadapi tantangan energi dan bencana di masa depan. Prof. Bagus berharap teknologi ini dapat digunakan secara luas untuk mendukung eksplorasi dan mitigasi di berbagai sektor. Kolaborasi antar disiplin dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)