Bahaya Stunting terhadap Kemampuan Kognitif Anak di Kupang

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Kredit: Rekacipta Media Indonesia

BANDUNG, itb.ac.id—Kekurangan gizi, terutama pada anak, masih menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia hingga kini. Kesenjangan ekonomi di setiap daerah dan kurangnya edukasi orangtua mengenai pemenuhan gizi yang baik menyebabkan tingginya angka kasus stunting pada anak. Tingkat prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4% pada 2021.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan tubuh yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis, baik sebelum maupun setelah bayi lahir, dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya, tinggi tubuh anak akan lebih pendek dibandingkan dengan standar usianya. Selain dampak fisik, stunting juga memengaruhi perkembangan kognitif yang kurang optimal sehingga kemampuan pemahaman lebih lambat pada anak seusianya. Di samping faktor kurang gizi, stunting dapat disebabkan adanya infeksi berulang dan aspek psikososial yang tidak memadai.

Isu ini menjadi alasan utama kegiatan pengabdian masyarakat pada 6-13 Agustus 2022 oleh Kelompok Keahlian Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika (KK FPHSB) dari Program Studi Biologi, SITH ITB. Mereka bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Kupang dalam melakukan diseminasi ilmu gizi masyarakat melalui seminar terkait stunting dan gizi bagi para guru dan orangtua. Dalam kesempatan tersebut, tim juga melakukan uji kemampuan kognitif dan pengukuran gelombang otak pada anak-anak yang mengalami stunting.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini diselenggarakan oleh Dr. Lulu Lusianti Fitri, M.Sc., (Dosen Program Studi Biologi, Kelompok Keahlian FPHSB), Shanty Rahayu Kusumawardani, S.Pd., M.Si (Dosen Program Studi Biologi, Kelompok Keahlian FPSHB), dan juga A Muh Alif Farhan (mahasiswa S1 Program Studi Biologi, SITH-ITB).
Pada anak usia 6-8 tahun, umumnya terjadi perubahan kognitif yang signifikan, yaitu mulainya pengenalan akan proses berpikir logis melalui pengolahan informasi untuk merespons stimulus yang diberikan. Hal itu didukung oleh pertumbuhan lobus frontal dan temporal. Tim mengajak 112 siswa SD di wilayah Kota Kupang dan Kecamatan Takari untuk bermain puzzle geometri yang harus diselesaikan dalam waktu 2 menit.

Selain itu, tim juga melakukan pengukuran gelombang otak yang telah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah yang dikunjungi. Kepada para siswa dipasangkan alat Muse Elektroensefalogram (EEG) yang dapat merekam aktivitas gelombang otak yang sedang menjalankan fungsi kognitif ketika bermain puzzle. Tampilan visual gelombang tersebut dapat diamati langsung melalui aplikasi Mind Monitor yang terdapat pada gawai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,5% siswa yang menjalani tes di Kecamatan Takari mengalami stunting. Kondisi lingkungan yang tergolong dalam bioma sabana diduga menyebabkan kurangnya dukungan pertumbuhan tanaman pertanian sehingga masyarakat umumnya mengkonsumsi jagung dan sorgum sebagai makanan pokok. Lingkungan padang rumput yang terik juga menyebabkan daerah Kabupaten Kupang mengalami krisis air bersih.

Sementara itu, di Kota Kupang, jumlah siswa yang mengalami stunting hanya 44%. “Lingkungan perkotaan mampu menyediakan akses lebih baik terhadap bahan pangan dan sanitasi sehingga lebih optimal dalam menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak,” ungkap tim SITH ITB. Meskipun demikian, data yang diperoleh hanya berasal dari dua SD sehingga diperlukan pendataan yang lebih luas lagi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.

Uji kemampuan kognitif pada anak meliputi kemampuan berpikir dan mengolah informasi yang diperoleh untuk memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa rata-rata kemampuan kognitif siswa yang mengalami stunting di Kecamatan Takari lebih rendah dibandingkan siswa normal, begitu pula di Kota Kupang. Pemenuhan gizi yang kurang baik memperlambat maturasi sel saraf, terutama yang berada pada sistem saraf pusat. Rendahnya kemampuan kognitif menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengingat, memahami, dan memutuskan suatu pilihan.

*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB, tulisan selengkapnya dapat dibaca di laman https://pengabdian.lppm.itb.ac.id

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)