Orasi Ilmiah Prof. Harman Ajiwibowo: Peran Infrastruktur Pengaman Pantai dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir

Oleh Artanti Mirta Kusuma - Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Ir. Harman Ajiwibowo, M.Sc., Ph.D., dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan menyampaikan orasi berjudul "Peran Infrastruktur Pengaman Pantai dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir".

BANDUNG, itb.ac.id - Prof. Ir. Harman Ajiwibowo, M.Sc., Ph.D. dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (FTSL ITB) menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Peran Infrastruktur Pengaman Pantai dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir”. Orasi ilmiah tersebut diselenggarakan oleh Forum Guru Besar (FGB) ITB di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (24/8/2024).

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan garis pantai lebih dari 95.000 kilometer dan lebih dari 60% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir. Hal inilah yang menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, sektor perikanan dan pariwisata, serta memiliki akses untuk transportasi dan perdagangan. Namun, terdapat tantangan lingkungan yang harus dihadapi antara lain abrasi dan kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim, serta pencemaran laut.

Oleh karena itu, upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa kekayaan alam ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Upaya mitigasi dan pengelolaan yang perlu dilakukan untuk daerah pesisir antara lain pembangunan infrastruktur pengaman pantai, pelestarian lingkungan, dan perencanaan tata ruang yang berkelanjutan disesuaikan dengan kearifan lokal.

Alternatif pengamanan penanganan pantai terdiri atas struktur lunak dan struktur keras. Penanganan dengan struktur lunak meliputi relokasi area permukiman/penetapan sempadan pantai, adaptasi yaitu membangun bangunan-bangunan dengan sistem pelantaran yang berada di atas pantai, membuat buffer zone mangrove/coastal forest yaitu penghijauan pantai dengan mangrove pada pantai dengan energi gelombang/arus yang tidak kuat, beach nourishment yaitu penambahan pasir seperti di Pantai Kuta/Sanur di Pulau Bali, dan sand bypassing yaitu pemindahan pasir dari area sedimentasi ke area erosi pada area muara sungai.

   

Penanganan pantai dengan struktur keras (hard structure) terbagi menjadi dua, yaitu arah sedimen tegak lurus pantai dan arah sedimen menyusur pantai. Arah sedimen tegak lurus pantai terdiri atas revetment, tembok laut, offshore breakwater, dan untuk daerah muara sungai menggunakan jetty pengaman muara. Sementara itu, arah sedimen menyusur pantai terdiri atas groin, revetment, tembok laut, offshore breakwater, artificial headland, dan untuk di muara sungai menggunakan jetty pengaman muara.

Kemudian, Prof. Harman menjelaskan bahwa bangunan terbaik adalah offshore breakwater. Keuntungan offshore breakwater antara lain tidak mengganggu aktivitas masyarakat pantai, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan untuk melindungi kapal mereka, dapat dimanfaatkan untuk penghijauan pantai seperti penanaman bakau, terdapat penambahan pasir pantai di depan perkampungan masyarakat di pantai, dan tempat pariwisata yang bagus dimana terdapat pasir pantai yang tumbuh.

   

Sementara itu, groin merupakan bangunan yang tidak terlalu favorit karena fenomena erosi di sisi hilir groin. Untuk tembok laut dan revetment merupakan bangunan yang baik setelah offshore breakwater. Tembok laut dan revetment akan menghilangkan pasir di depan pantai, tetapi tetap mempertahankan garis pantai.

Kemudian Prof. Herman menjelaskan keperluan riset yang akan dilakukan mendatang. “Keperluan riset mendatang itu adalah perlu pengkajian untuk besar kemunduran garis pantai pada sisi lekukan tombola atau salient akibat variasi dari tinggi gelombang, besar gap antara breakwater, jarak breakwater ke pantai,” ujarnya.

Reporter: Artanti Mirta Kusuma (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)