Orasi Ilmiah Prof. Muhammad Abduh: Manajemen Operasi Konstruksi untuk Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi di Indonesia
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id — Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menggelar Orasi Ilmiah Guru Besar dari Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (16/3/2024). Salah seorang Guru Besar yang menyampaikan orasinya adalah Prof. Ir. Muhammad Abduh, M.T., Ph.D. Dalam kesempatan tersebut beliau membawakan orasi berjudul “Manajemen Operasi Konstruksi untuk Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi di Indonesia”.
Industri konstruksi memiliki peran vital bagi suatu negara karena fungsinya sebagai penyedia infrastruktur fisik pendukung perekonomian. Di Indonesia, sektor konstruksi berkontribusi hampir 10 persen dari PDB dengan serapan tenaga kerja lebih dari satu juta jiwa. Kendati demikian, masih banyak proyek konstruksi besar yang belum berjalan sesuai harapan meski sudah diupayakan semaksimal mungkin. Hal ini karena rendahnya aktualisasi perencanaan konstruksi yang dilakukan secara utuh. Selain itu, rendahnya added value dan tingginya pemborosan pada industri konstruksi dibandingkan manufaktur juga disebut menjadi penyebab yang paling umum.
“Menurut Lean Construction Institute (LCI), kita hanya fokus mengelola proyek tetapi lupa akan produksi. Dengan demikian, kita harus belajar dari manufaktur,” ujar Prof. Abduh.
Menurut beliau, konstruksi sebagai proses produksi memiliki empat ciri, yaitu kompleks, menghasilkan produk yang unik, dilakukan di lokasi penyerahan produk, dan dilakukan oleh tim yang sifatnya sementara.
Perbedaan karakteristik produk serta proses produksi antara konstruksi dengan manufaktur membuat para ahli dan praktisi konstruksi memiliki keraguan untuk menerapkan ilmu manufaktur pada konstruksi. Oleh karena itu, Prof. Abduh kembali memperkenalkan aplikasi ilmu manajemen sains yang ada di manufaktur ke dalam konstruksi berdasarkan buku “Modern Management Applied to Construction” karya Daniel Hauer. Namun manajemen sains menurut buku tersebut hanya dapat diterapkan untuk konstruksi apabila pekerjaan yang dilakukan memenuhi tiga persyaratan, yaitu adanya pengulangan aksi, pekerjaan dilakukan oleh banyak orang, dan orang-orang tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan pekerjaan.
“(Buku ini) disebut modern karena mencoba mengaplikasikan ilmu manajemen sains yang ada di manufaktur kepada konstruksi, menggantikan saat itu praktik konstruksi yang berdasarkan pada pengalaman, logika, perhitungan sederhana, dan insting,” tuturnya.
Lebih lanjut, buku karya Daniel Hauer tersebut berhasil mengungkap adanya pola pengulangan pada lingkup tugas, proses, dan operasi pada hierarki konstruksi yang kemudian disebut sebagai operasi konstruksi. Hierarki konstruksi dibagi menjadi ranah makro, meso, dan mikro. Pada ranah mikro inilah terjadi produksi di lapangan melalui pekerjaan berulang sehingga manajemen sains cocok diterapkan.
Prof. Abduh mengungkapkan, “Meskipun konstruksi itu produknya unik, tetapi ada kegiatan berulang yang dinamakan operasi konstruksi, yang menjadi tempat penerapan ilmu manajemen sains dari manufaktur.”
Menurut Prof. Abduh, sektor konstruksi juga masih memiliki banyak permasalahan, salah satunya fragmentasi konstruksi. Fragmentasi konstruksi dapat terjadi secara horizontal (antar tahap), vertikal (antar entitas/individu), dan longitudinal (antar proyek). Ketiganya sama-sama menyebabkan terhambatnya aliran informasi dan produk dalam suatu proyek. Solusi yang diajukan bekerja pada lingkup mikro dalam hirarki konstruksi yang antara manajemen proyek dan manajemen operasi seharusnya diintegrasikan.
“Khusus untuk konstruksi, produksi ada pada ranah mikro yang berulang. Jadi, terdapat kebutuhan untuk memperluas lingkup manajemen proyek pada konstruksi yang juga melingkupi manajemen operasi konstruksi di lapangan,” ujar beliau.
Para ahli hingga kini terus melanjutkan upaya pengembangan keilmuan manajemen operasi konstruksi untuk pelaksanaan proyek konstruksi yang lebih optimal. Beberapa di antaranya meliputi bidang lean construction (konstruksi ramping), Manajemen Produksi Proyek (MPP), Rantai Pasok Konstruksi (RPK), dan Konstruksi 4.0. Dari perkembangan keilmuan tersebut, Prof. Abduh merumuskan berbagai rekomendasi dalam hal implementasi manajemen operasi konstruksi yang dikelompokkan dalam konteks teknologi, organisasi, dan lingkungan. Rekomendasi-rekomendasi tersebut dialamatkan untuk semua stakeholder konstruksi di Indonesia dengan tujuan meningkatkan kinerja proyek-proyek konstruksi yang ada sekarang dan di masa yang akan datang.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)