Orasi Ilmiah Prof. Nining Sari Ningsih: Karakteristik Gelombang Laut Indonesia dan Pemanfaatannya

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Guru Besar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Prof. Dr. Eng. Nining Sari Ningsih, M.S., menyampaikan orasi ilmiah dalam Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Sabtu (17/9/2022). Prof. Nining mengangkat topik tentang “Karakteristik Gelombang Laut di Perairan Indonesia: Mitigasi Bencana dan Potensi Sumber Energinya”.

Prof. Nining merupakan dosen Oseanografi ITB yang berhasil meraih gelar Guru Besarnya pada tanggal 1 Mei 2022 setelah 30 tahun mengabdi. Kiprahnya dalam bidang penelitian sudah tidak diragukan lagi, sebanyak 67 makalah dalam bentuk jurnal/prosiding telah diterbitkan secara nasional maupun internasional selama kurun waktu 2009-2022. Hal inilah yang membuat Prof. Ningsih berhasil meraih Penghargaan Institut Teknologi Bandung Bidang Penelitian dalam acara Dies Natalis ITB Ke-63 pada tahun 2022.

Mengenal Karakteristik Gelombang Laut di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara maritim di mana lautan terbentang luas dan tersebar di penjuru negeri. Di balik keindahan laut di Indonesia, tentunya tidak lepas dari bencana alam berupa tsunami dan gelombang tinggi akibat siklon tropis. Hal ini disebabkan Indonesia dekat dengan daerah pembentukan dan lintasan tropis yang terjadi di perairan sebelah utara dan selatan.

Prof. Nining berusaha mengkaji karakteristik gelombang laut yang ada di Indonesia sebagai mitigasi bencana dan pemanfaatan energi terbarukan. Pemahaman karakteristik tinggi gelombang laut berperan untuk menunjang aktivitas pelayaran laut di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dan informasi keselamatan pelayaran di ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dan Sea Lane of Communication (SLoC) Malaka.

*Data tinggi gelombang laut WPP berdasarkan kondisi iklim

Secara statistik terdapat enam lokasi di Indonesia yang memiliki tinggi gelombang maksimum tertinggi yakni > 2,5 meter dengan urutan secara berturut-turut dari tinggi ke rendah yakni Selatan Jawa, Barat Sumatera, Laut Natuna, Utara Papua, Laut Arafura dan Laut Sulawesi.

Berdasarkan Standar dari World Meteorological Organization (WMO), tinggi gelombang >2,5 m digunakan sebagai acuan untuk menentukan kejadian gelombang tinggi dan dianggap berbahaya bagi kapal kecil. Namun, persentase peluang kejadian gelombang tinggi di setiap WPP dianalisis lebih lanjut melalui perhitungan probability of accident menunjukkan bahwa WPP yang terletak di perairan Indonesia bagian dalam jauh lebih rendah dibandingkan dengan WPP berhadapan dengan laut lepas atau Samudera.

*Data Siklon Tropis di Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan

Analisis kejadian gelombang tinggi juga dilihat berdasarkan kondisi siklon tropis Indonesia. selama 42 tahun (1979-2020) diketahui bahwa daerah kejadian siklon tropis di sekitar perairan Indonesia dapat dibagi menjadi 4 area yaitu area 1 dan 2 (pada gambar 3) di Belahan Bumi Utara (BBU) dan area 3 dan 4 (pada gambar 3) di Belahan Bumi Selatan (BBS). Hasil penelitian menunjukan siklon tropis lebih banyak terjadi di BBU dengan persentase kejadian siklon tropis secara berturut-turut dari yang terbesar ke yang terkecil adalah area 2 sebanyak 60,5% area 4 sebanyak 18% area 3 sebanyak 11% dan area 1 10%. Hal ini disebabkan siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang memiliki suhu permukaan air laut yang hangat dimana belahan bumi secara umum berhubungan dengan lokasi matahari semu. BBU terjadi siklon tropis di bulan Mei dan November, sedangkan BBS terjadi pada bulan Desember hingga April selanjutnya.

Manfaat Gelombang Laut untuk Sumber Energi Baru Terbarukan

Selain bermanfaat untuk mitigasi bencana, gelombang laut merupakan salah satu sumber energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan web energi converter (WEC) jenis terminator. Saat ini telah ada empat lokasi di Indonesia yang berpotensi pemasangan WEC di antaranya, Pulau Pagai Selatan, Banten, Baron di Yogyakarta, dan Jember.

Dalam rangka mewujudkan blue economy di bidang Kelautan dan pengembangan digital ekonomi untuk efisiensi dalam era revolusi industri 4.0 dan Society 5.0, kelompok keahlian Oseanografi sedang meningkatkan efisiensi dan diseminasi hasil penelitian antara lain pemanfaatan machine learning untuk prediksi tinggi gelombang laut di beberapa perairan Indonesia seperti perairan Belawan yang mewakili daerah Selat perairan Karawang Dan masalembo yang mewakili bagian dalam dan perairan Baron yang mewakili laut terbuka.

*Ilustrasi Dashboard Monitoring Kontribusi KK Oseanografi ITB

Saat ini Prof. Nining bersama tim tengah mengaplikasikan Data Science dalam bentuk pembuatan Dashboard Monitoring agar hasil penelitian terkait karakteristik gelombang laut di WPP dan jalur SLoC (Sea Lines of Communication) Malaka dan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) lebih mudah diakses untuk pemangku kebijakan dan pengguna.

Dinamika gelombang laut Indonesia tidak hanya membawa bencana, namun terdapat potensi sumber energi di dalamnya. Akan tetapi, pentingnya dukungan dan berbagai pihak mulai dari masyarakat, akademisi, dan pemerintah agar gelombang laut Indonesia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan mengurangi risiko bencana di Indonesia.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)