Orasi Ilmiah Prof. Reza Azhari Nasution: Model Kesiapan Digital dalam Menyambut Peluang di Era Digital

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Guru Besar dari Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB, Prof. Reza Azhari Nasution, Ph.D., membawakan Orasi Ilmiah Guru Besar dengan tema “Model Kesiapan Digital dalam Menyambut Peluang di Era Digital”, pada Sabtu (19/11/2022) di Aula Barat ITB.

Prof. Reza menyampaikan, bahwa dunia tengah mengalami gelombang revolusi digital dimulai sejak revolusi industri ketiga yang ditandai dengan kemunculan komputer digital yang menggantikan teknologi mekanik dan analog digitalisasi.

Seiring berkembangnya zaman, industri mulai berevolusi menjadi industri 4.0 di mana pola pikir dan cara kerja berbasisi digital. Digitalisasi yang mulai masif diikuti revolusi teknologi semakin canggih membuat semakin terbuka peluang kolaborasi dan eksperimen dalam menciptakan model bisnis yang inovatif dan berbasis transformasi digital.

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan munculnya sistem ekonomi baru yang disebut ekonomi digital yang tumbuh sangat pesat. Investasi pada aset digital telah menghasilkan efek digital spillover. Dalam 1 dekade terakhir ekonomi digital telah tumbuh dari 11% menjadi 15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Global. Bahkan di tahun 2025, diperkirakan terus naik menjadi 24,3% dari PDB Global. Hal inilah yang menyebabkan banyak perusahaan beralih ke ekonomi digital. Akan tetapi, perusahaan perlu menganalisis perubahan lingkungan bisnis agar tidak salah langkah atau disebut Destruksi Digital.

Terdapat lima tahapan dalam strategi bisnis digital. Pertama, digital value proposition yang berarti perusahaan menjadi bagian dari solusi digital dari seluruh ekosistem. Kedua, kontribusi perusahaan melalui model bisnis digital. Ketiga, perusahaan merumuskan kembali potensi yang menjadi kekuatan mereka. Keempat, perusahaan menciptakan nilai tambah melalui arsitektur bisnis digital dan terakhir posisi perusahaan yang tepat dalam ekosistem digital.

Kesiapan Digital atau Digital Readiness (DR)

Sebuah transformasi tentunya tidak melulu berbicara soal keberhasilan. Persentase kegagalan pada transformasi digital bahkan sudah menyentuh angka 66-84% (Correani, dkk., 2020). Prof. Reza menjelaskan faktor kegagalan transformasi digital yang fundamental yakni kesiapan digital atau Digital Readiness (DR).
DR sendiri adalah kesiapan seorang individu atau karyawan perusahaan dalam mengikuti transformasi digital di perusahaan dengan cara menerima, menggunakan, dan mengembangkan aplikasi digital untuk keperluan diri dan organisasinya.

Pengembangan Model DR

Prof. Reza mulai mengembangkan model untuk mengukur kesiapan digital yang sudah disesuaikan dengan paradigma baru transformasi digital. Melalui penelitiannya di perusahaan telekomunikasi seluler di Indonesia, Prof. Reza merumuskan DR yang tersusun oleh Digital Culture dan Digital Attitude di mana keduanya tidak berada pada level yang sama.

Digital Culture sebagai faktor pembentuk Digital Attitude. Sedangkan, Digital Attitude tersusun oleh pengetahuan dan pengalaman seseorang mengenai teknologi dan aplikasi digital dalam bisnis.

Lalu, didapatkan model baru kesiapan digital yang terbagi menjadi dua yakni Attitudinal Readiness dan Action Readiness. Attitudinal Readiness adalah kemauan seseorang untuk menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan Action Readiness seberapa siap seseorang untuk melakukan perubahan dan menerima konsekuensi dari transformasi digital.

Penelitian dikembangkan untuk menguji kedua hal ini di bidang digital marketing di kalangan milenial. Hasil akhir menunjukan bahwa Action Readiness lebih berpengaruh dibandingkan Attitudinal Readiness dalam kesiapan digital.

Prof. Reza mengatakan bahwa Action Readiness harus menjadi kunci keberhasilan transformasi digital di perusahaan. Hal ini sudah beliau uji dan diterapkan dalam berbagai sektor seperti di level organisasi (perbankan, telekomunikasi, dan kementerian), level industri yang telah diterapkan di industri pendorong Making Indonesia 4.0 dan 14 industri lainnya.

Model Action Readiness masih terus dipelajari lebih lanjut untuk agenda riset masa depan. Saat ini, terdapat empat model faktor pembentuk Action Readiness yang masih perlu pengkajian lebih lanjut meliputi Digital Literacy, Digital Efficacy, Digital Propensity, dan Digital Innovativeness.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi 2019)

Foto: Adi Permana dan Pravito


scan for download