Orasi Ilmiah Prof. Tirto Prakoso: Teknologi Kemurgi Kunci Menggapai Industri Kimia Berkelanjutan

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Ir. Tirto Prakoso, M.Eng., Ph.D. dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB menyampaikan orasi berjudul "Teknologi Kemurgi: Kunci untuk Mencapai Industri Kimia Berkelanjutan", Sabtu (18/5/2024).

BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) menyelenggarakan Orasi Ilmiah Guru Besar di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (18/5/2024). Prof. Ir. Tirto Prakoso, M.Eng., Ph.D. dari Kelompok Keahlian Energi dan Teknologi Berkelanjutan, Fakultas Teknik Industri (FTI), menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Teknologi Kemurgi: Kunci untuk Mencapai Industri Kimia Berkelanjutan".

Efek pemanasan global telah dirasakan oleh seluruh masyarakat, seperti temperatur permukaan bumi semakin panas, hujan besar dan masif, badai semakin kuat dan berbahaya, kekeringan luas, banjir bandang, dan sebagainya. Di tengah efek pemanasan global, manusia sadar akan bahaya penggunaan bahan baku yang berasal dari fosil sehingga perlahan berubah menjadi bio-based economy.

Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengelola bahan baku yang ada di negara sendiri. Oleh karena itu, industri budidaya merupakan tulang punggung untuk bisa mencapai bio-based economy. Industri tersebut dapat melakukan pasokan terhadap pangan, pakan, energi, bahan bakar nabati, listrik, dan material bahan kimia.

“Orang Indonesia juga harus bisa mengelola industri budidaya baik saat ini maupun masa depan,” ujarnya.

Kemurgi adalah cabang ilmu teknik pemrosesan kimia yang berfokus pada pengolahan sumber daya hayati untuk memproduksi/menyediakan energi dan produk-produk industrial nonprogram.

Budidaya biomassa dapat dilakukan melalui proses pemisahan sehingga dihasilkan komponen minor seperti terpen, steroid, alkaloid, lignoselulosa (bagian keras dari tubuh tanaman), gula dan pati, minyak/lemak, dan protein. Dari budidaya biomassa juga bisa menghasilkan biomassa utuh yang merupakan komoditas penting untuk memperoleh zat-zat kimia dan produk yang canggih.

Minyak/lemak dapat dibagi tiga bagian besar, yaitu pangan, bahan bakar, dan bahan kimia. Pemakaian minyak lemak untuk bahan bakar, dengan proses cracking, dapat dihasilkan menjadi gas atau bensin. Jika dipakai langsung dapat menjadi sumber panas. Adapun dengan proses esterifikasi transesterifikasi dapat dihasilkan biodiesel. Sumber minyak/lemak dapat berasal dari jarak pagar, kelapa sawit, dan kelapa.

Salah satu alat percobaan yang menjadi penelitian adalah pengembangan reaktor kontinu produksi biodiesel memakai proses continue circular reacted. Terdapat bagian-bagian dalam alat tersebut yaitu pasokan metanol dan minyak, pompa, static mixer, secara kontinu dapat dihasilkan produk metil ester.

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai produksi biohidrokarbon menjadi sabun basa, yaitu hidrokarbon yang sangat mirip dengan solar. Ada dua jalan dalam proses menghasilkan produk yaitu dekarboksilasi termal/katalitik untuk menghasilkan diesel hijau bioavtur dan pirolisis katalitik untuk menghasilkan bensin hijau.

Selanjutnya, konversi biomassa lignoselulosa yang berasal dari kayu ataupun bahan keras dapat menghasilkan biomassa yang dapat dikonversi hidrotermal untuk menghasilkan gas, bio-oil, dan bio-char.

Biomassa kelapa sawit memiliki limbah cukup besar, namun dapat dikonversikan menjadi nilai tambah. Dalam suatu penelitian dapat dihasilkan superkapasitor. Produk superkapasitor beragam mulai tahun 2016. Saat ini sedang dicoba untuk digunakan pada motor listrik.

Prof. Tirto memberikan beberapa kesimpulan, di antaranya, teknologi kemurgi memberikan berbagai metode untuk mengonversi produk-produk hasil budidaya. Selain itu, teknologi kemurgi menjadi jalan penggunaan minyak lemak menjadi berbagai produk kimia dan bahan bakar. Terakhir, teknologi kemurgi memungkinkan produk hasil perkebunan yang berupa biomassa berkayu menjadi produk canggih seperti superkapasitor.

Reporter: Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)