Orasi Ilmiah Prof. Yan Rizal: Mengungkap Jejak Kehidupan Purba Melalui Paleontologi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id — Prof. Dr. Ir. Yan Rizal, Dipl.Geol., dari Kelompok Keilmuan Paleontologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Fosil Pembuka Sejarah Bumi” dalam acara Orasi Ilmiah Guru Besar ITB di Aula Barat ITB, Sabtu (17/6/2023).

Mengawali orasinya, Prof. Yan Rizal mengajak kita untuk mundur ke era awal pembentukan bumi sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu. Teka-teki tentang awal mula kehidupan purba yang muncul mengiringinya terus menjadi topik yang tak habis diteliti oleh ahli paleontologi. Rekam jejak makhluk hidup tertua yang pernah ditemukan merupakan organisme bersel satu dalam bentuk fosil berusia sekitar 4,2-3,8 miliar tahun. Melalui penemuan ini dan berbagai bukti kehidupan lain pada masa lampau yang terekam dalam bentuk fosil, ilmuwan memiliki dasar dalam merekonstruksi sejarah evolusi di bumi sejak awal munculnya kehidupan itu sendiri.

Fosil sebagai kunci pembuka sejarah bumi menyediakan gambaran lini masa kehidupan melalui geokronologi. Periode kehidupan yang paling awal hingga 541 juta tahun yang lalu disebut kehidupan samar, di mana jejak kehidupan makhluk hidup masih sedikit dan sulit dijumpai. Baru pada periode mulai dari 541 juta tahun yang lalu hingga sekarang disebut sebagai jejak nyata dari kehidupan makhluk hidup, saat manusia telah memiliki bukti yang cukup jelas untuk menggambarkan kehidupan purba melalui temuan fosil. Selain menjelaskan tentang evolusi makhluk hidup, fosil juga mampu memberi informasi terkait evolusi kontinen dan kondisi lingkungan dari masa lalu.

“Fosil merupakan bagian penting dalam mengungkap sejarah bumi mulai dari bumi terbentuk hingga saat ini. Fosil dapat dijumpai dalam bentuk tubuh utuh, bagian tubuh, ataupun jejak kehidupan dari berbagai ukuran dari mikro hingga makro,” ujar Prof. Yan Rizal.

Tak hanya fosil sisa makhluk hidup, namun penelitian terhadap lapisan tanah dan batuan juga sering digunakan untuk merekonstruksi kehidupan purba beserta lingkungannya. Contohnya seperti penelitian Prof. Yan Rizal terhadap lapisan paleosol di Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, yang melahirkan kemungkinan bahwa manusia di Indonesia khususnya di Jawa Barat tidak berasal dari Afrika seperti teori Out of Africa. Namun karena bukti temuan yang belum lengkap, maka hasil hipotesis dari penelitian ini belum dapat dipublikasikan.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ahli paleontologi di seluruh wilayah Indonesia banyak berkontribusi dalam perkembangan penelitian kehidupan purba secara global. Beberapa fosil yang ada di Indonesia sudah ditemukan oleh peneliti zaman kolonial Belanda, sementara sisanya terus diupayakan untuk dicari dan dilengkapi oleh peneliti dan ahli paleontologi hingga sekarang. Segala upaya tersebut tidak lain ditujukan untuk menyingkap teka -teki sejarah evolusi bumi beserta makhluk hidup di dalamnya dari awal mula keberadaannya hingga kini.

“Tidak hanya penting dalam geologi, fosil dapat juga digunakan untuk penentuan lingkungan hidup, paleoekologi, interpretasi paleoklimatologi, rekonstruksi paleogeografi, dan menjelaskan perkembangan kehidupan makhluk hidup serta budaya manusia,” pungkasnya.


Lahir di Bukittinggi pada tahun 1958, Prof. Yan Rizal meraih gelar sarjana dari Teknik Geologi ITB pada tahun 1984. Satu dekade setelahnya, tepatnya pada 1994 ia menyelesaikan pendidikan Dipl. Geol. di Universitaet zu Koeln, Jerman. Gelar doktornya diperoleh dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1998.

Karier pengajaran Prof. Yan Rizal dimulai pada tahun 1988 sebagai Asisten Ahli Madya hingga akhirnya diangkat sebagai Guru Besar pada 29 Juni 2022 lalu. Selama menjadi dosen, ia telah menulis 17 jurnal internasional dan 21 jurnal nasional. Dirinya juga menghasilkan 5 prosiding seminar yang mana 4 di antaranya berskala internasional.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota 2020)