Prof. Dr. Satria Bijaksana: Towuti Drilling Project, Mengungkap Iklim Masa Depan
Oleh Muhammad Hanif
Editor Muhammad Hanif
Danau yang memiliki kedalaman 180 meter ini berada di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan dan terletak di Gugus Ofiolit Timur Sulawesi (Eastern Sulawesi Ophiolite Belt) dan merupakan gugus ofiolit terbesar kedua di dunia. Secara geologis, danau ini berada di sekitar Sesar Matano dan merupakan bagian dari Sistem Danau-danau Malili (Malili Lakes System) yang terbentuk akibat aktivitas tektonik. Danau-danau lain pada sistem ini adalah Danau Matano dan Danau Mahalona.
"Yang menjadi objektif utama dari penelitian ini adalah kami ingin mengetahui sistem iklim di masa lalu karena dengan itu kita dapat memprediksi sistem perubahan iklim di masa mendatang," ungkap Satria. Dari letaknya, keberadaan situs ini dipengaruhi oleh sistem iklim ENSO (El Nino Southern Oscillation) serta siklus hidrogeologi yang kompleks dengan tingginya tingkat presipitasi.
Gunakan Metode Seismik
Setelah memulai studi pendahuluan pada 2005, akhirnya Satria dan James melakukan penelitian pertamanya pada 2007 dengan menggunakan metode seismik CHIRP dan pengambilan contoh sedimen dengan gravity coring. Metode ini dilakukan untuk melihat distribusi ketebalan sedimen di danau tersebut dan juga untuk mengetahui karakteristik lapisannya. Penelitian berlanjut di tahun 2010, menggunakan metoda seismik dengan streamer dan air gun bertekanan tinggi. Metoda ini mampu menghasilkan penampang seismik yang lebih dalam dan jelas.
Selain itu juga dilakukan pengambilan core atau inti sedimen dengan metoda piston coring yang mampu menghasilkan core atau inti hingga kedalaman 12 meter. Salah satu hal menarik yang diketahui dari core tersebut adalah adanya lapisan-lapisan abu vulkanik (volcanic ash layers) yang penanda pengendapan material dari letusan gunung api. "Bukti ini (volcanic ash -red) dapat menunjukkan kapan waktu pengendapannya dan mungkin sumber asalnya," ujar doktor dalam bidang geofisika dari Memorial University of Newfoundland, Kanada ini. Core sedimen tersebut saat ini sedang diteliti dari sisi geokimia untuk mengetahui siklus perubahan iklim regional di daerah tersebut.
Tindak Lanjut Penelitian
Dari hasil pengukuran laboratorium terhadap core yang dilakukan di Brown University, ITB, dan University of Rhode Island, Satria, James dan para kolaboratornya mengungkapkan adanya variasi suseptibilitas magnetik yang menarik. "Hal ini yang sedang kami teliti untuk mendapatkan korelasi antara variasi sifat magnetik pada sedimen dengan perubahan iklim masa lalu," jelas Satria. Di laboraturium juga dilakukan penentuan umur absolut dengan radiometric dating. Hasil sementara dari pengujian ini menunjukkan bahwa core tersebut berusia setidaknya 60 ribu tahun.
Pada Januari 2011, sejumlah peneliti, termasuk Satria, bertemu di Brown University untuk melakukan perencanaan penelitian selanjutnya. Mereka menulis proposal pada ICDP (International Continental Scientific Drilling Program) untuk mendapatkan dukungan bagi penyelenggaraan workshop sebagai upaya mematangkan rencana pemboran Danau Towuti. Dengan dukungan ICDP, telah terselenggara workshop pada Maret 2012 yang dihadiri oleh wakil pemerintah daerah, wakil-wakil lembaga penelitian pemerintah, serta para peneliti dari 9 negara.
Pemboran Danau Towuti akan difokuskan pada tiga bidang penelitian yakni perubahan iklim, ekosistem, dan geologi. Rencananya, pemboran akan dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda di Danau Towuti sebagaimana digambarkan pada gambar berikut (diambil dari artikel berjudul The Towuti Drilling Project: Paleoenvironments, Biological Evolution, and Geomicrobiology of a Tropical Pacific Lake oleh James Russell dan Satria Bijaksana, terbit di majalah Scientific Drilling, nomor 14, hal 68-71, September 2012).