Pasanggiri Anggana Sekar 2007
Oleh
Editor
BANDUNG, itb.ac.id – Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang sangat berharga. Namun belakangan ini, banyak yang menganggap bahwa budaya Sunda kalah oleh budaya barat. Hal ini mungkin disebabkan oleh budaya barat memiliki metode penyampaian yang lebih mengena kepada kalangan generasi muda. Tapi sebenarnya budaya Sunda tak kalah dengan budaya barat. Untuk itu, Lingkung Seni Sunda (LSS) ITB menyelenggarakan Pasanggiri Anggana Sekar pada hari Jumat (10/8) sampai dengan (11/8).
Pasanggiri Anggana Sekar berarti lomba menyanyi tembang Sunda secara solo. Acara ini diadakan selama dua hari, hari pertama diadakan di Aula Timur sedangkan hari kedua beserta penutupannya dilaksanakan di Aula Barat. Dalam Pasanggiri Anggana Sekar 2007 peserta dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu SMP, SMA, Umum. Kemudian pada akhirnya dari masing-masing kategori akan diambil pemenangnya.
Dengan masuknya pengaruh budaya barat dikhawatirkan budaya Sunda mulai dilupakan orang, tapi fakta berbicara lain. Peserta lomba nyanyi tembang Sunda ini ternyata banyak peminatnya. “Padahal tidak mudah untuk menyanyi tembang Sunda. Suara bagus saja tidak cukup,” kata Priyo Agung Sri Laksono selaku Ketua Divisi Acara Pasanggiri Anggana Sekar 2007.
Pada penutupan rangkaian acara Pasanggiri Anggana Sekar 2007, diselenggarakan malam seni yang merupakan persembahan dari seluruh anggota LSS. Pada malam penutupan ini, tema yang diangkat adalah Sunda Teu Elehan, yang artinya Sunda tidak kalah. Tema ini ingin menceritakan tentang kejayaan budaya Sunda pada masa lalu. Meskipun budaya Sunda mulai agak redup, tapi di malam penutupan ini para anggota LSS mampu menyajikan budaya Sunda yang dikemas secara menarik dan tentu saja tidak kalah dengan budaya barat.
Dengan persiapan kurang lebih selama 5 bulan, LSS mampu menampilkan rangkaian acara yang menarik, seperti Upacara Bubuka, Kecapi Suling Tembang, Tari Kangsreng, dan Rampak Kendang. Kemudian ada pula penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba menyanyi. LSS juga turut mengundang seniman dan budayawan untuk turut menyaksikan malam penutupan Pasanggiri Anggana Sekar 2007.
Pasanggiri Anggana Sekar berarti lomba menyanyi tembang Sunda secara solo. Acara ini diadakan selama dua hari, hari pertama diadakan di Aula Timur sedangkan hari kedua beserta penutupannya dilaksanakan di Aula Barat. Dalam Pasanggiri Anggana Sekar 2007 peserta dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu SMP, SMA, Umum. Kemudian pada akhirnya dari masing-masing kategori akan diambil pemenangnya.
Dengan masuknya pengaruh budaya barat dikhawatirkan budaya Sunda mulai dilupakan orang, tapi fakta berbicara lain. Peserta lomba nyanyi tembang Sunda ini ternyata banyak peminatnya. “Padahal tidak mudah untuk menyanyi tembang Sunda. Suara bagus saja tidak cukup,” kata Priyo Agung Sri Laksono selaku Ketua Divisi Acara Pasanggiri Anggana Sekar 2007.
Pada penutupan rangkaian acara Pasanggiri Anggana Sekar 2007, diselenggarakan malam seni yang merupakan persembahan dari seluruh anggota LSS. Pada malam penutupan ini, tema yang diangkat adalah Sunda Teu Elehan, yang artinya Sunda tidak kalah. Tema ini ingin menceritakan tentang kejayaan budaya Sunda pada masa lalu. Meskipun budaya Sunda mulai agak redup, tapi di malam penutupan ini para anggota LSS mampu menyajikan budaya Sunda yang dikemas secara menarik dan tentu saja tidak kalah dengan budaya barat.
Dengan persiapan kurang lebih selama 5 bulan, LSS mampu menampilkan rangkaian acara yang menarik, seperti Upacara Bubuka, Kecapi Suling Tembang, Tari Kangsreng, dan Rampak Kendang. Kemudian ada pula penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba menyanyi. LSS juga turut mengundang seniman dan budayawan untuk turut menyaksikan malam penutupan Pasanggiri Anggana Sekar 2007.