Pelatihan Calon Pendamping Sebaya 2024: Membangun Keterampilan untuk Hadir bagi Sesama

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui layanan Bimbingan Konseling (BK) mengadakan “Pelatihan Calon Pendamping Sebaya ITB 2024” di Gedung Kuliah Umum Timur (GKUT) ITB Kampus Ganesha, Minggu (27/12/2023). Pelatihan tersebut dibawakan langsung oleh Psikolog dari BK ITB.

Kegiatan ini bertujuan membekali calon pendamping sebaya dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membantu mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan.

Pendamping sebaya ITB adalah mahasiswa ITB yang diberikan pelatihan dasar sehingga memiliki keterampilan penanganan awal terkait permasalahan yang dihadapi mahasiswa lainnya sebagai dampingan. Pendamping sebaya menjadi sosok yang dapat memberikan dukungan emosional dan membantu individu melihat jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

Kepala Subdirektorat Kesejahteraan Mahasiswa, Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., Ph.D., mengatakan pentingnya memiliki passion dan pengalaman sebagai pendamping sebaya. Hal ini karena perannya memiliki dampak signifikan dalam membantu individu mengatasi tantangan sehari-hari.

“Menjadi seorang pendengar atau pendamping sebaya yang baik butuh teknik-teknik dan tip-tip yang khusus dan itu tidak dipelajari di kelas. Teknik-teknik yang tidak pernah diterima di kelas inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan adik-adik sebagai pendamping sebaya,” ujarnya.

Selain itu, keterampilan komunikasi sebagai pendamping sebaya juga sangat dibutuhkan saat memasuki dunia kerja. “Jika mendengarkan tidak baik, maka komunikasi juga akan tidak baik. Di dunia kerja kemampuan-kemampuan yang adik-adik terima ini akan sangat terpakai,” tuturnya.

   

Pelatihan ini terbagi atas empat sesi, meliputi konsep pendampingan sebaya dan helping skills, empathic listening, responding, dan tahap helping relationship.

Sesi 1: Konsep Pendamping Sebaya dan Helping Skills

Dalam sesi ini, psikolog, Yaslina An'amta S.Psi., M.Psi., menyampaikan pentingnya peran pendamping sebaya, khususnya untuk membantu individu yang sedang mengalami stres.

Stres dalam tingkat yang wajar dapat memacu seseorang berpikir dan bertindak. Namun, stres berlebihan dapat membahayakan kesehatan mental dan fisik. Beberapa dampak dari stres melibatkan pikiran, emosi, fisik, dan interaksi sosial.

Pendamping sebaya, yang konsepnya berkembang sejak tahun 1960-an, menawarkan dukungan interpersonal dari individu nonprofesional untuk membantu orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung mencari dukungan dari teman dekat ketika menghadapi stres, dan hubungan antarrekan sebaya dapat efektif dalam mengatasi masalah akademik.

Sesi 2: Empathic Listening

Psikolog, Nyayu Nazihah Khairunnisa S.Psi., M.Psi., mengatakan, empathic listening adalah proses mendengarkan untuk memahami, bukan sekadar merespons. Empathic listening dapat membantu menciptakan iklim psikologis yang mendukung, membangun trust, respect, dan kenyamanan bagi dampingan.

Dalam melakukan empathic listening, pendamping sebaya harus memberikan perhatian sepenuhnya, memahami pesan verbal dan nonverbal, serta menahan diri dari mengambil kesimpulan terlalu cepat.

Sesi 3: Responding

Psikolog, Herdiana Muktikanti S.Psi., M.Psi., menyampaikan merespons adalah hal yang tidak kalah penting saat menjadi pendamping sebaya. Terdapat keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan respons yang sesuai dan tahap-tahap dalam membina helping relationship. Keterampilan tersebut meliputi kemampuan mengajukan pertanyaan terbuka untuk eksplorasi, merespons secara reflektif, dan memberikan umpan balik serta informasi dengan bijak.

Sesi 4: Tahap Helping Relationship

Psikolog, Yusi Prasiwi, S.Psi., M.Psi., membahas tahap building trust, focusing, action plan, dan termination dalam membentuk hubungan yang efektif antara pendamping sebaya dan dampingan. Langkah-langkah terminasi melibatkan persiapan verbal, follow-up, referral, dan formal leave-taking.

Pelatihan ini bertujuan membentuk calon pendamping sebaya yang memiliki keterampilan mendengarkan empati, memahami konsep bantuan, dan dapat membangun hubungan yang membantu pertumbuhan bersama. Diharapkan pendamping sebaya dapat menjadi agen perubahan positif dalam lingkungan kampus ITB dengan mendukung kesejahteraan mental rekan-rekan mahasiswa lainnya.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)

Editor: M. Naufal Hafizh