Peluang dan Tren Industri Pengemasan di Indonesia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Industri pangan merupakan industri yang menjanjikan. Kemajuan zaman melahirkan kebutuhan pangan dari berbagai sisi salah satunya yakni teknologi pengemasan. Teknologi pengemasan menjadi penting di masa ini karena bisa memberikan daya tahan makanan yang lebih lama sehingga mampu dikonsumsi di saat yang tepat.
Jika dalam beberapa masa silam makanan masih sebatas di area tertentu, di masa sekarang peluang pangan dijadikan sebagai industri sangat global dengan kemajuan akses ekspedisi yang menjangkau berbagai tempat. Pada kuliah tamu Program Studi Teknik Pangan ITB mata kuliah PG3205 menghadirkan tokoh teknologi pengemasan inspiratif yakni Ariana Susanti.
Ariana Susanti adalah Business Development Director of Indonesian Packaging Federation (IPF) yakni organisasi nonprofit yang banyak membahas mengenai teknologi pengemasan di Indonesia. Ia memaparkan kuliah tamu yang berjudul “Industri Pengemasan di Indonesia: Tren Terkini dan Tantangan ke Depan Khususnya untuk Kemasan Makanan dan Minuman” pada Senin, 18 April 2022.
Ariana mengatakan bahwa kemasan menjadi penting karena untuk menjaga masa simpan suatu makanan. Makanan atau minuman yang layak konsumsi adalah ketika dikemas tidak terjadi perubahan warna, rasa, dan bau. Selain itu, di masa sekarang kemasan juga tidak lagi terbatas pada aspek fungsionalnya saja melainkan juga banyak aspek lain seperti fungsi ekonomi yang menjadi brand image suatu merek makanan.
Berbeda jenis produk pangan tentu berbeda juga cara dan bahan pengemasannya. Pengaruh makan cepat busuk datang dari mikroorganisme, enzim, sinar, termperatur, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dalam pemilihan material yang tepat supaya pengemasan bisa efisien.
“Pengemasan yang baik yakni dapat memenuhi kriteria di antaranya perlindungan, logistik, marketing, perhitungan biaya, dan dampaknya terhadap lingkungan. Banyak sekali jenis kemasan yang bisa diaplikasikan pada makanan dan minuman. Tentunya kriteria ini dikembalikan lagi kepada standar kemasan yang diharapkan pihak-pihak terkait,” ujarnya.
Tren di masa ini pengemasan mengacu pada keamanannya terhadap lingkungan sekitar seiring semakin tumbuhnya rasa sadar akan lingkungan pada diri masyarakat. Dari fakta tersebut sebagian masyarakat cenderung untuk memilih kemasan yang terlihat minimalis karena dinilai lebih segar. Pada dasarnya ada enam aspek yang bisa dijadikan acuan dalam pengembangan pengemasan saat ini di antaranya better, faster, safer, cheaper, smarter, dan greener.
Fitur-fitur pada kemasan juga tidak lagi hanya sebatas bahan-bahan dan nilai gizi semata. Banyak industri yang menawarkan inovasi unggul berupa QR code yang bisa memuat fitur-fitur aplikasi tertentu.
Tantangan yang dihadapi Indonesia pada industri pangan yakni masih terbatasnya daya beli masyarakat sehingga terkadang kemasan masih bukan menjadi hal yang krusial bagi para konsumen Indonesia. Belum lagi adanya fluktuasi pasar yang tajam imbas dari badai Covid-19, yang menyebabkan sepanjang tahun 2021 Indonesia mengalami kesulitan logistis sehingga menaikkan bahan baku kemasan.
“Padahal ketika berkaca dari peluang yang ada industri pengemasan di Indonesia memiliki pasar yang strategis dan menunjukkan tren yang signifikan. Tren kemasan di Indonesia bisa dilihat dari maraknya penggunaan e-commerce yang memerlukan pengemasan yang khusus. Selain itu, konsumsi frozen food untuk makanan yang tahan lama juga menjadi alternatif bagi masyarakat kebanyakan,” jelasnya.
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin/FTMD, 2020)