Sundaram Seminar: Tren Kosmetik Halal dan Peluang Industri di Masa Depan
Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF ITB) menyelenggarakan Seminar Kosmetik “Sundaram”, di Gedung Center for Research and Community Service (CRCS), ITB Kampus Ganesha, Sabtu (28/9/2024). Seminar ini merupakan bagian dari perayaan 77 tahun Sekolah Farmasi ITB.
Sesi pertama dari seminar ini bertajuk “Beauty Unveiled: Trends in Cosmetic Industries” dengan menghadirkan dr. Sari Chairunnisa, Sp.KK, dari PT. Paragon Technology and Innovation, yang membahas tren industri kosmetik dan pentingnya produk halal dalam mendukung keamanan serta kesehatan kulit.
dr. Sari menguraikan perkembangan pesat industri kosmetik global, khususnya di Indonesia. Menurutnya, tren kosmetik kini tak hanya terbatas pada produk perawatan kulit (skincare) dan make-up, tetapi juga mencakup local fragrance atau parfum dan wewangian yang sedang mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pertumbuhan industri kosmetik tidak hanya didorong oleh produknya saja, tetapi juga dari perkembangan saluran distribusi yang semakin beragam. Beliau menjelaskan bahwa perubahan pola konsumsi masyarakat saat ini banyak dipengaruhi oleh keberadaan e-commerce, metode penjualan melalui live streaming, serta munculnya toko-toko dengan konsep lifestyle.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan kosmetik yang memenuhi standar halal terus meningkat. Kosmetik halal bukan hanya soal bahan-bahan yang digunakan, tetapi juga mencakup proses produksi, penyimpanan, hingga pengemasan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Proses sertifikasi kosmetik halal di Indonesia dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bekerja sama dengan LPPOM MUI, yang memastikan bahwa setiap bahan baku yang digunakan berasal dari sumber yang halal dan diproses dengan cara yang aman.
Selain itu, dr. Sari membahas bahan-bahan yang diizinkan dan dilarang dalam produk halal, seperti bahan-bahan fermentasi yang membutuhkan pengawasan lebih ketat. Salah satu aspek yang disorot adalah teknologi yang digunakan dalam kosmetik halal, termasuk penggunaan microbiome technology dan bahan aktif fermentasi yang saat ini sedang banyak diminati. Penggunaan bahan-bahan tersebut tidak hanya untuk memastikan keamanan dan kenyamanan kulit, tetapi juga untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin peduli terhadap kesehatan dan keaslian produk yang mereka gunakan.
Selain mengenai produk halal, dr. Sari menguraikan strategi pemasaran kosmetik di era digital. Pemasaran saat ini tidak hanya mengandalkan produk itu sendiri, tetapi juga saluran distribusi dan berbagai inovasi untuk menjangkau konsumen. Dalam konteks Indonesia, menurutnya, konsumen cenderung membeli produk kosmetik di tiga saluran utama, yakni minimarket, e-commerce, serta toko-toko kesehatan dan kecantikan. Perubahan preferensi konsumen ini memberikan tantangan dan peluang bagi industri kosmetik untuk terus berinovasi dan beradaptasi.
Beliau pun membahas mengenai tren keberlanjutan (sustainability) yang semakin diperhatikan oleh konsumen, terutama generasi Z (Gen Z), yang menuntut produk-produk yang tidak hanya mempercantik, tetapi juga memberikan rasa nyaman dan aman bagi lingkungan. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan terhadap produk-produk yang menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan kemasan yang mudah didaur ulang.
Selain itu, personalisasi dalam produk kecantikan menjadi tren yang sedang berkembang. Konsumen tidak lagi puas dengan produk yang bersifat umum, tetapi menginginkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik kulit mereka. Sejalan dengan itu, penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) pun mulai digunakan dalam proses formulasi kosmetik, memungkinkan perusahaan untuk menciptakan produk yang lebih tepat sasaran dan sesuai dengan preferensi konsumen.
Dengan pertumbuhan yang pesat, tantangan yang dihadapi industri kosmetik tidak hanya berkisar pada inovasi produk, tetapi juga bagaimana industri mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam dan kompleks, sambil tetap menjaga aspek keberlanjutan dan kepatuhan terhadap standar halal.
Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)