Pembiayaan Risiko Bencana di Indonesia Dibahas The World Bank, DJPPR, dan Akademisi di ITB

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Sesi seminar spesial “Disaster Risk Financing” dalam ISEST 2024 di Gedung CRCS, Rabu (18/9/2024). (ITB/Chysara Rabani)

BANDUNG, itb.ac.id - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) mengadakan "The 3rd International Seminar on Earth Sciences and Technology (ISEST) 2024". Tahun ini, ISEST mengusung tema “Navigating The Changing World Through Earth Sciences and Technology”.

ISEST memiliki berbagai rangkaian kegiatan, salah satunya sesi seminar spesial bertopik “Disaster Risk Financing” yang dilaksanakan di Gedung CRCS, Rabu (18/9/2024). Sesi ini menghadirkan empat narasumber yang ahli di bidangnya untuk membahas topik tersebut.

Prof. Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc. dari Kelompok Keahlian Sistem Spasial dan Kadaster, FITB ITB, membahas penelitian mengenai “Innovative Analytics Tools for Enhancing Disaster Risk Financing in Indonesia”. Beliau menjelaskan bahwa data kerugian dan model risiko dapat memberikan wawasan berharga dan analisis berbasis data. Hal ini membantu pengambilan keputusan dalam memahami sifat dan besarnya risiko potensial yang berkaitan dengan bencana.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model risiko keuangan negara berbasis spasial yang disebabkan oleh kerugian akibat bencana alam. Model ini disusun secara rinci berdasarkan area terdampak, jenis bencana, aset yang terekspos, termasuk instrumen pembiayaan,” kata Prof. Irwan.

Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan fiskal dan perencanaan. Pembuat kebijakan fiskal dapat menetapkan batas kerugian yang akan ditahan, ditransfer, dan melampaui batas. Selain itu, Badan perencanaan dapat mengembangkan instrumen pembiayaan bencana yang inovatif. Hasil lainnya adalah berupa asuransi. Data eksposur yang diasuransikan juga kerugian bencana dapat digunakan untuk menghasilkan 6 matriks risiko dari 9 jenis bencana.

Sementara itu, Dr. Nicolas Pondard yang merupakan Senior Disaster Risk Financing Consultant dari The World Bank menjelaskan topik “Catastrophe Risk Modelling: Core Principles for Disaster Risk Financing”. Prinsip dasar pembiayaan risiko bencana merupakan kerangka untuk mengevaluasi keputusan kebijakan dan instrumen keuangan. Prinsip tersebut adalah kepastian pendanaan, pencairan dana, lapisan risiko bencana, serta data dan analitik.

Permodelan risiko berencana harus dibuat karena sangat berguna untuk penetapan harga solusi pembiayaan risiko yang memadai, tingkat perlindungan keuangan yang tepat, serta eksposur terhadap bahaya alam dalam batas tingkat risiko.

Dr. Nicolas menegaskan, bukti ilmiah dan pemodelan risiko sangat penting untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Analisis risiko membantu dalam mengevaluasi keputusan kebijakan dan instrumen keuangan.

   

Sementara itu, Roki Gangsar Winoto dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan Indonesia, memberikan pandangan dari sisi pemerintah terkait “The Application of Risk Models to Calculate Government of Indonesia Contingent Liabilities and Risk Financing Mitigation”.

Beliau menjelaskan bahwa model ini berperan penting dalam menghitung contingent liabilities dari bencana alam. Model ini juga mampu beradaptasi dengan perkembangan terkini seperti perubahan iklim, ekspansi infrastruktur, dan pergeseran ekonomi.

“Model ini mendukung pengembangan strategi pembiayaan mitigasi risiko bencana jangka menengah, dengan tujuan akhir untuk mengurangi risiko residu yang harus ditanggung oleh Pemerintah,” ujarnya.

Di sisi lain, Dra. Dumaria Rulina Tampubolon, M.Sc., Ph.D. dari Kelompok Keahlian Statistika, FMIPA ITB, membawakan topik “Utilizing an Earthquake Catastrophe Model in Determining an Optimal Retention of an Earthquake Stop-Loss Reinsurance”.

Beliau menyebutkan Indonesia terletak di pertemuan empat lempeng tektonik utama yang mengakibatkan Indonesia mengalami banyak gempa bumi. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi dengan rata-rata kerugian sebesar Rp7,56 triliun per tahun. Cara membiayai risiko bencana gempa bumi ini harus disusun dalam suatu pemodelan.

Prosedur dari pemodelan tersebut adalah dengan menggunakan data model gempa bumi, rata-rata kerugian tahunan, faktor beban premi reasuransi, serta retensi optimal. Permodelan data tersebut akan menghasilkan berbagai skema reasuransi stop-loss. Berdasarkan skema yang diperoleh dan menyesuaikan ketersediaan anggaran, retensi optimal yang sesuai dapat digunakan sebagai jumlah anggaran negara, provinsi, juga kabupaten. Sementara itu, premi asuransi/reasuransi dapat ditentukan sesuai dengan tingkat risiko.

Sesi ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah, serta praktisi selalu dilakukan untuk menemukan model yang tepat dalam mengatasi pembiayaan risiko bencana di Indonesia.

Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)