Penandatangan MOU antara DIY dengan ITB

Oleh

Editor

Bandung, itb.ac.id - Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ITB menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada Kamis ini (22/3) di Campus Center sayap Barat ITB. MoU ini merupakan tanda kerjasama yang lebih intensif antara DIY dengan ITB dalam penerapan teknologi di daerah Yogyakarya dan sekitarnya. Sri Sultan Hamengkubuwono X beserta rombongan yang datang ke Kampus ITB disambut langsung oleh Rektor ITB, Prof.Ir. Djoko Santoso. Selain penandatangan MoU, diadakan juga pameran produk teknologi karya ITB yang rencananya akan diaplikasikan di Yogyakarta dan sekitarnya. Bidang teknologi dalam MoU tersebut diantaranya teknologi informasi dan komunikasi, perumahan dan pemukiman yang tahan gempa, serta permasalahan sampah di kota Yogyakarta. Sesudah penandatanganan MoU, Sri Sultan Hamengkubowono X dan Rektor ITB masing-masing memberikan sambutannya. Sri Sultan Hamengkubuwono X menyambut positif kerja sama ini dan mengharapkan hal ini akan terus terjalin di masa depan. Dalam sambutannya, Prof. Ir. Djoko Santoso mengungkapkan bahwa ITB juga bagian dari masyarakat, oleh karena itu ITB mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan IPTEK yang bermanfaat bagi masyarakat. ITB mengucapkan terima kasih karena telah diberi kesempatan untuk menerapkan teknologi yang dikembangkan ITB. Acara dilanjutkan dengan presentasi mengenai action plan MoU tersebut oleh tim ahli dari ITB. Presentasi pertama mengenai penerapan ICT (Information and Communication Technology) untuk daerah pedesaan. Salah satu produk teknologi ITB yang dibahas adalah R-NGN Technology yang menawarkan solusi untuk akses broadband di pedesaan. Selanjutnya acara diisi dengan presentasi mengenai Usulan Penanganan Perumahan dan Pemukiman Pasca-Gempa DIY. Beberapa hal penting yang dibahas diantaranya usulan pembuatan peta mikrozonasi gempa DIY, dan sistem konstruksi rangka beton tahan gempa. Presentasi terakhir dari tim ahli ITB mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Disampaikan bahwa betapa besarnya potensi listrik yang dapat dihasilkan dari sampah sebuah kota. PLTSa menggunakan turbin tenaga uap yang menggunakan energi dari insenerasi sampah. Hal ini merupakan solusi yang paling efektif dari permasalahan sampah karena sampah dapat direduksi hingga tinggal 10% dan dapat dijadikan Landfill untuk lahan baru. Sri Sultan Hamengkobuwono X beserta rombongan juga sempat berkunjung ke beberapa labolatorium di Kampus ITB.