Peneliti ITB Sampaikan Potensi Penerapan Teknologi Pengelolaan Air Terdesentralisasi di Daerah Perkotaan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Kegiatan operasi dan pemeliharaan HR-WTP

BANDUNG, itb.ac.id—Akses terhadap air minum yang aman dan berkelanjutan merupakan tantangan utama di Indonesia. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 menyatakan bahwa cakupan akses air minum jaringan perpipaan pada tahun 2018 adalah 20,14% dari total penduduk Indonesia. Tahun 2024, akses perpipaan ditargetkan menjadi sebesar 30,45%.

Namun, sebagian besar penduduk Indonesia masih memenuhi kebutuhan airnya dari sumber bukan perpipaan, khususnya air tanah. Ekstraksi air tanah skala besar di perkotaan dalam jangka panjang dinilai tidak berkelanjutan karena berpotensi menyebabkan penurunan permukaan tanah dan membahayakan integritas lingkungan binaan. Di sisi lain, masyarakat kerap tidak dapat mengandalkan air permukaan tanpa diolah karena tingginya tingkat pencemaran.

Sejak tahun 2020, peneliti dari Institut Teknologi Bandung, Dr. Anindrya Nastiti (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan) serta Dr. Arie Wibowo dan Prof. Dr. Ir. Bagus Budiwantoro (Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara) melakukan kerja sama penelitian dengan University of Manchester dengan judul “Socio-technical solutions to water security challenges in urban areas and post-disaster scenarios” dalam skema Newton Fund-Institutional Link. Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dari Pemerintah Kota Cimahi, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat, serta BAPPEDA Provinsi Jawa Barat. Berfokus pada daerah perkotaan yang tidak terjangkau oleh jaringan perpipaan formal, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi penerapan sistem pengelolaan air terdesentralisasi yang tepat guna, berkelanjutan, dan mudah, sehingga air permukaan dapat diminum.

Pada 27 Oktober 2022, tim peneliti ITB, dan beberapa penerima dana hibah program Newton Fund, Researcher Links Climate Change (RLCC) dan beasiswa Women in STEM dari Indonesia, diundang oleh British Embassy Jakarta dan British Council Indonesia untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di depan perwakilan Department for Business, Energy & Industrial Strategy (BEIS), United Kingdom, Global Research & Innovation: Susie Kitchens dan David Kenyon, Head of Asia Pacific, di Ritz-Carlton Jakarta, Kuningan.

Foto bersama di depan HR-WTP dengan mitra dari BP2D Provinsi Jawa Barat

Dalam forum ini, peneliti ITB memaparkan bahwa kerja sama penelitian yang dilakukan telah memberikan manfaat utamanya adalah terbangunnya hubungan antara ilmu sosial dan bidang rekayasa. Kerangka psiko-sosial juga digunakan dalam menilai penerimaan masyarakat terhadap sebuah teknologi ‘baru’. Manfaat lainnya adalah terbangunnya jembatan antara penelitian ilmiah dan pembuatan kebijakan dengan melibatkan aktor daerah dalam setiap langkah penelitian, mulai dari (ko-) desain, implementasi, dan diseminasi. Selain itu, kegiatan uji coba yang dilakukan menghasilkan pembelajaran terkait hambatan dan peluang dalam implementasi solusi terdesentralisasi pada sektor air minum perkotaan di Indonesia.