Pengabdian Masyarakat ITB: Kolaborasi Bentuk Sistem Atasi Learning Loss Pascapandemi
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Tim dosen dari Kelompok Keahlian Analisis dan Geometri, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang didanai Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB melalui skema bottom-up tahun 2023. Tim tersebut terdiri atas Jalina Widjaja, S.Si., M.Si., Ph.D., Drs. Yudi Soeharyadi, M.Si., Ph.D., dan Oki Neswan, M.Sc., Ph.D.
Ketiganya berkolaborasi dengan Prof. Dr. St. Budi Waluya, M.Si. dari Universitas Negeri Semarang dan Dr. Arnellis, M.Si. dari Universitas Negeri Padang, beserta tim pendukung untuk berkontribusi dalam mengatasi learning loss, khususnya pada siswa SMA, dalam pembelajaran matematika pada masa pascapandemi.
Pada masa pandemi Covid-19, proses pembelajaran di berbagai tingkat, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi di seluruh dunia mengalami disrupsi. Sebagian besar proses pembelajaran dilakukan secara daring dengan berbagai kendala. Pelaku pendidikan telah menerapkan berbagai inovasi untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul. Namun, disrupsi berdampak besar terutama pada hasil belajar siswa dan mahasiswa. Fenomena tersebut lazim disebut learning loss. Hal itu berdampak jangka panjang bagi siswa dan akhirnya dirasakan pula oleh masyarakat. Salah satu dampak tersebut adalah menurunnya keterampilan menyelesaikan masalah dan kemampuan menghadapi berbagai tantangan hidup bermasyarakat.
Tim PKM ITB melihat adanya kesenjangan antara tuntutan dan keterampilan yang dikuasai siswa pada semua jenjang pendidikan.
"Pengabdian ini beranjak dari pengamatan terhadap mahasiswa TPB (Tahap Persiapan Bersama) ITB. Input masuk TPB setelah masa pandemi mengalami penurunan dalam hal kesiapan mahasiswa baru mengahadapi kuliah TPB. Diduga karena learning loss,” ujar Drs. Yudi Soeharyadi, M.Si., Ph.D., saat wawancara Selasa (09/01/2024).
Oki Neswan, M.Sc., Ph.D., menambahkan, dari hal tersebut dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari solusi dari learning loss.
"Kami menemukan banyak hal di lapangan. Guru belum mendengar program dari pemerintah untuk menangani hal ini. Kami menawarkan satu sistem yang bisa diterapkan untuk membantu guru mengedintifikasi learning loss," tuturnya.
Tujuannya, kata beliau, untuk membentuk sistem yang implementable dan sustainable bagi guru untuk mengenali tingkat learning loss dan menyusun strategi mengatasinya. Dengan sistem ini, diharapkan guru-guru merespons fenomena yang ada dengan sikap ilmiah dan berdasarkan studi atas data. Dengan demikian, para pengajar dapat lebih akurat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk mempersempit kesenjangan antara proses dan hasil belajar siswa akibat learning loss.
“Karena berupa sistem, ide ini bisa berlaku tidak hanya untuk matematika. Guru mata pelajaran lainnya fisika, kimia, atau yang lainnya bisa menggunakannya,” katanya.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Pertama, studi awal dan analisis kuesioner pembelajaran pada masa pandemi dan pascapandemi kepada guru matematika di Kota Padang dan Semarang pada bulan Maret hingga Mei 2023.
Kedua, lokakarya sistem untuk mengatasi learning loss. Kegiatan dilakukan di Kota Padang secara bauran, bekerja sama dengan Program Studi Matematika Universitas Negeri Padang dan MGMP Matematika SMA Kota Padang, di SMAN 1 Padang, pada 17 Juli 2023, dan diikuti sekitar 75 peserta. Lokakarya ini juga dilaksanakan di Kota Semarang secara bauran, bekerja sama dengan Program Studi Matematika Universitas Negeri Semarang dan MGMP Matematika SMA Kota Semarang, di SMAN 3 Semarang, pada 26 Juli 2023, dan diikuti sekitar 60 peserta.
Ketiga, lokakarya penyusunan latihan persiapan dokumen sistem untuk mengatasi learning loss.
Jalina Widjaja, S.Si., M.Si., Ph.D., mengatakan, pada tahap ketiga ini, guru-guru menyiapkan bahan untuk pretest, melakukan analisis hasil pretest, dan membuat rencana pembelajaran serta bahan ajar sebagai tindak lanjut hasil analisis pretest. Lokakarya ini adalah bagian dari simulasi implementasi sistem tersebut.
Beliau menyampaikan, sejumlah guru sudah mencoba menerapkan sistem untuk mengatasi learning loss. "Ada beberapa guru yang sudah mengujicobakan apa yang kami tawarkan di skala kelas. Responsnya positif. Siswa menjadi lebih baik dilihat dari pretest dan posttest," tuturnya.
Para dosen dari Kelompok Keahlian Analisis dan Geometri ITB ini berharap sistem yang dibangun ini dapat membawa dampak positif bagi siswa setelah guru mengimplementasikannya dalam pembelajaran.