Perayaan Lustrum UKM keenam: Manyibak nan Takalam
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Unit Kesenian Minangkabau (UKM) ITB menggelar kreasi seni budaya Minangkabau dalam rangka lustrum keenamnya Sabtu kemarin, 7 Mei 2005 di Aula Barat ITB . Pagelaran yang bertajuk "Menyibak nan Takalam" ini menjadi ajang kilas balik berjalanan yang dilakukan UKM selama 30 tahun keberadaan UKM dalam komunitas ITB.
Pagelaran kesenian Minangkabau ini dibuka oleh arak-arakan talempong pacik. Segera setelah perarakan, musik yang bersemangat dan unik memenuhi atmosfer Aula Barat mengiringi Tari Galombang yang dibawakan oleh para pemuda Minang. Tarian ini didominasi oleh gerakan silat. Kemudian, para tamu undangan disambut didatangi satu persatu dalam tarian Pasambahan.
Selain dua tarian itu, dalam pagelaran ini juga disajikan Tari Saputangan, Tari Ulu ambek-Manyibak Galanggang, Tari Urak Langkah, dan Tari Payuang. Yang juga unik, pagelaran ini menyajikan juga permainan khas Minangkabau, Randai yang sarat dengan tepukan tangan serta hentakan kaki yang berirama. Di akhir, digelar juga Drama tradisional "Sati Bertuah" yang menceritakan perjalanan hidup seorang putra raja yang bernama Sati Bertuah. Ayah Sati, Raja Dulano dibunuh oleh Nahkodo Baha, namun Sati yang waktu itu masih bayi dapat diselamatkan oleh seorang prajurit sehingga dibesarkan oleh Datuak Basaluang Ameh di daerah Minangkabau. Setelah dewasa, Datuak Basaluang Ameh menceritakan sejarah kehidupan Sati. Sati lalu berkelana mencari sang ibu, Putri Campa.
Dua dari persembahan UKM dalam pagelaran ini, yaitu Randai dan Tari Piriang pernah diperjuntukkan dalam 3rd Choir Olympics di Bremen, Jerman tahun 2004 lalu, saat Paduan Suara Mahasiswa ITB bekerjasama dengan UKM turut dalam turnamen bergengsi paduan suara tingkat internasional itu. Dua persembahan yang dalam Choir Olympics kala itu tergolong dalam kategori folk song berhasil memperoleh medali perak.