Peringatan 101 Tahun PTTI, ITB Gelar Sidang Terbuka di Aula Barat

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id--Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan sidang terbuka dalam rangka peringatan 101 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI) dan ITB, Sabtu, 3 Juli 2021 di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesa No. 10 Bandung. Kegiatan yang diselenggarakan secara daring dan menerapkan protokol kesehatan tersebut merupakan bagian dari rangkain 101 Tahun ITB dan PTTI.

Sidang terbuka 101 tahun PTTI dibuka oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., dan diikuti secara daring oleh jajaran MWA ITB, Senat Akademik, Guru Besar, Pimpinan ITB, Sivitas Akademika, Tenaga Kependidikan, Mitra, dan Keluarga Besar ITB lainnya. Sidang ini diikuti pula oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Hatta Rajasa, Prof. Kusmayanto Kadiman. Diikuti juga oleh para para penerima penghargaan Doktor Kehormatan dan Ganesa Wira Adiutama beserta keluarga, serta media massa.

Pada sidang terbuka tersebut, ITB menganugerahkan gelar kehormatan (Doctor Honoris Causa) kepada Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah (Sam Bimbo) di bidang seni dan religiusitas, Nyoman Nuarta di bidang Kesenirupaan, dan Prof. Bambang P. S. Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D. di bidang Pengembangan Wilayah dan Kota.

Pemberian gelar Doktor Kehormatan tersebut diberikan kepada seseorang yang dinilai telah menunjukkan karya nyata yang mengandung nilai inovatif dalam pemikiran, gagasan atau penelitian, dan pengembangan konsep-konsep orisinal yang terbukti bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, perkembangan kebudayaan bangsa dan kemanusian, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Pada momen yang bersejarah ini ITB juga menganugerahkan Penghargaan Ganesa Wira Adiutama kepada 17 dosen ITB, atas kontribusi dan jasanya yang amat berharga bagi institusi selama menjabat sebagai dekan/wakil dekan dalam kurun waktu 2015-2020.

Rektor ITB Prof. Reini dalam sambutannya menyampaikan selamat kepada para penerima penghargaan baik doktor HC maupun penghargaan Ganesa Wira Adiutama. Dijelaskan Rektor, sejatinya prosesi penganugerahan Doktor Kehormatan ITB akan diadakan pada tahun 2020, namun atas berbagai pertimbangan, termasuk di dalamnya kondisi pandemi, maka prosesi penganugerahan diundur dan disatukan pada momentum Peringatan 101 Tahun ITB.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Reini menyinggung terkait transformasi digital. Gagasan tersebut merujuk pada suatu ‘gelombang’ perubahan masyarakat, atau disruption, yang berkaitan dengan kehadiran teknologi baru. Dia juga mengungkapkan bahwa konektivitas adalah salah satu kata kunci dari transformasi digital.

Oleh karena itu, kata Rektor, ada sejumlah tantangan yang dihadapi PTTI sebagai penyelenggara kegiatan tridharma perguruan tinggi, yaitu bagaimana meningkatkan konektivitas antara kegiatan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat; bagaimana meningkatkan konektivitas antardisiplin di dalam pelaksanaan tridharma; dan bagaimana meningkatkan konektivitas antara dunia akademik dengan dunia industri/bisnis dan dengan organisasi-organisasi lainnya. “Selain hal-hal di atas, pandemi Covid-19 memberikan sebuah pelajaran penting yang berkaitan dengan konektivitas, yaitu solidaritas,” ujarnya.

Ketua Majelis Wali Amanat ITB Ir. Yani Panigoro, M.M. dalam sambutannya mengajak kepada semua pihak untuk merenungkan perjalan 101 tahun ITB dan juga menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka. "Di depan kita akan lahir potensi besar hingga 2045 berupa 'bonus demografi' yang ditandai dengan bertumbuhnya generasi muda usia produktif di tanah air. Peran ITB, juga kita sebagai pengampu pendidikan tinggi, mesti menjawab kebutuhan lahirnya generasi muda di masa datang dari aspek penyelenggaraan pendidikan tinggi teknik," ujarnya.

Ia mendorong ITB untuk menyelenggarakan berbagai forum ilmiah, yang merangsang munculnya generasi Technopreneur. Mereka lahir dengan kekuatan pengetahuan di bidang teknologi tinggi, tapi memiliki wisdom, dan spirit, bersedia berkolaborasi membangun jejaring usaha, melahirkan masyarakat entrepreneurial berbasis teknologi tinggi. Sehingga kita kelak di usia 100 tahun Indonesia Merdeka dikenal tidak hanya sebagai bangsa konsumen pengguna teknologi, tapi sebagai produsen dari teknologi tinggi yang berkontribusi pada kemajuan ekonomi.

"Saya haqqul yakin, ITB dengan segenap resources-nya, mampu menjawab tantangan ini," imbuh Ketua MWA itu.

Sementara itu, Ketua Senat Akademik ITB Prof. Ir. Hermawan K. Dipojono, Ph.D. mengatakan, kontribusi terbesar ITB hingga saat ini pada bangsa dan negara adalah via lulusannya. Pelajaran besar yang diperoleh dari disrupsi Covid-19 ini, menurutnya adalah bahwa ITB perlu untuk secara cermat menelisik kembali kebutuhan karakter, kecakapan dan wawasan yang paling relevan dimiliki para lulusannya.

"Pendidikan di ITB harus menjamin bahwa lulusannya mempunyai karakter integritas, kejujuran, daya juang tinggi, cakap-kreatif-inovatif-kolaboratif, berwawasan kebangsaan, namun juga santun serta welas asih," ujar Prof. Hermawan.

Profil lulusan seperti ini sangat penting untuk menghadapi era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) dan juga mengawal kehadiran teknologi terdepan seperti quantum computation, molecular medicine & in-body hospital, bio-neuro-technology, nanoscience & nanotechnology, beyond-AI, green energy & hydrogen economy dan sebagainya, yang memang perlu dan akan menjadi perhatian ITB.