Peringatan Dies 53 ITB, In Harmonia Progressio

Oleh Nofri Andis

Editor Nofri Andis

BANDUNG, itb.ac.id - Jumat (2/2) kemarin, Institut Teknologi Bandung tepat berusia 53 tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang bagi institut tertua di Indonesia ini. Bermacam prestasi telah ITB raih sebagai institut terbaik bangsa, berbagai sumbangsih pun terus diberikan ITB kepada bangsa.

Bertempat di Aula Barat kampus ITB Bandung, sebuah peringatan diselenggarakan. Segenap civitas akademika ITB diundang menghadiri hari penting ITB tersebut.

Peringatan kemarin, diawali dengan penyampaian pidato oleh Ketua Majelis Wali Amanat (WMA) ITB Yani Panigoro. Pada pidatonya, Yani mewakili WMA mengucapkan selamat atas capaian ITB hingga saat ini. Beliau pun berharap ITB dapat membentuk karakter engineer sebagai peran ITB membangun sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

"ITB sebagai perguruan tinggi teknik tertua di Indonesia, sudah selayaknya selalu mengambil peran terdepan untuk ikut bertanggun jawab menyiapkan sumber daya manusia yang dapat mengisi kkebutuhan pembangunan Indonesia di masa depan," kata dia.

Selanjutnya, Sekretaris Senat Akademik (SA) ITB Doddy Sutarno memberikan pidato mengenai peran SA dalam memandu arah dan gerak langkah ITB. Beliau berharap ITB mampu memosisikan diri selayaknya perguruan tinggi terkemuka yang unggul.

"Kemampuan untuk memberikan pengaruh yang besar dan kuat terhadap lingkungan, baik dalam tataran nasional, maupun internasional," kata beliau.

Acara dilanjutkan dengan pidato oleh Rektor ITB Prof. Akhmaloka mengenai ipteks, etika, dan pendidikan karakter dalam pendidikan tinggi. Beliau mengatakan pendidikan karakter merupakan hal yang penting agar dapat menghasilkan sarjana-sarjana ipteks yang memiliki etika.

"Pengembangan pendidikan karakter di lembaga pendidikan tinggi menjadi makin penting untuk merespon hal-hal terkait isu keberlanjutan lingkungan, isu demokrasi, dan isu kehidupan bebas korupsi," kata rektor.

Pada peringatan dies 53 ITB juga disampaikan sebuah orasi ilmiah mengenai "Upgrading nilai karbon nasional dalam rangka mencari sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi" oleh Prof. Aryadi Suwono.

Aryadi memaparkan berbagai penelitian yang telah dilakukannya terkait peningkatan nilai karbon yang dimiliki Indonesia. Tak hanya karbon, beliau juga memaparkan potensi pengelolaan biomassa dan sampah perkotaan.

"Semoga penelitian ini bisa menjadi bahan pemikiran untuk menanggulangi krisis energi yang semakin kita rasakan," kata dia.

Selanjutnya, ITB juga memberikan penghargaan Medali Ganesa Bakti Cendekia Utama kepada para Guru Besar yang pensiun pada acara dies 53 ITB:

  1. Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc (Alm) dari FITB
  2. Prof. Dr. Ir. F. Ahmadi Djajasugita, M.Sc dari STEI
  3. Prof. Dr. Ir. Andrianto Handojo dari FTI
  4. Prof. Dr. Ir. Bambang Sutjiatmo dari FTMD
  5. Prof. Ir. Pudjo Sukarno, M.Sc.,Ph.D dari FTTM
  6. Prof. Dr. Ir. Ishak Hanafiah Ismullah, DEA,Td dari FITB

Medali Ganesa Cendikia Widya Adiutama kepada Prof. Ir. Maman A. Djauhari dari FMIPA

Medali Ganesa Cendikia Widya Utama kepada:

  1. Prof. Ir. Hang Tuah Salim, M.Oc.E., Ph.D dari FTSL
  2. Drs. Kaboel Suadi dari FSRD
  3. Dr. Achadiyat Joedawinata dari FSRD
  4. Dr. Prijanto Sunarto dari FSRD
  5. Prof. Budhy Tjahjati S. Sugijoko, Ir.MCP.,Ph.D dari SAPPK
  6. Prof.B.S. Kusbiantoro, Ir.,MA.,M.Sc.,Ph.D dari SAPPK
  7. Prof. Bambang Bintoro Soedjito, Ir.,MRRP.,Ph.D dari SAPPK
  8. Dr. Lumban Toruan (Alm) dari SF