Peringati Hari Literasi Internasional, Perpustakaan ITB Adakan Diskusi Literasi
Oleh Bayu Rian Ardiyansyah
Editor Bayu Rian Ardiyansyah
Literasi atau melek huruf bukan hanya sekadar kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis sesuatu, melainkan juga harus diikuti dengan kemampuan untuk memahami tulisan tersebut. Kemampuan literasi merupakan pintu gerbang untuk bisa mencapai keunggulan pendidikan yang merupakan kunci sukses dalam kehidupan masyarakat yang demokratis. Berdasarkan data UNESCO, tingkat buta huruf di Indonesia masih ada di kisaran angka 12 juta penduduk. Data juga menunjukkan bahwa semakin muda kelompok usia penduduk di Indonesia, tingkat literasinya juga semakin tinggi. Artinya, semakin ke arah sini tingkat literasi Indonesia semakin membaik. "Ekonomi di Indonesia terus berkembang, begitu pula dengan masyarakatnya. Itulah mengapa standar pendidikan juga harus terus berkembang seiring dengan perubahan yang terjadi," tutur Janet.
Meskipun begitu, tingkat literasi yang tinggi tidak berarti banyak karena rendahnya minat baca orang Indonesia dengan perbandingan satu di antara seribu. Ini menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya mampu membaca, tapi kurang minat untuk menyentuh buku. Hasilnya, berdasarkan laporan studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 peringkat pendidikan Indonesia, terutama di bidang matematika, sains, dan membaca berada pada urutan ke-64 dari 65 negara. "Ini menunjukkan bahwa masalah literasi di Indonesia sudah sangat serius. Padahal, membaca adalah satu-satunya cara untuk bisa menjadi lebih baik dalam hal apapun," ungkap Moko Darjatmoko (alumni Teknik Sipil ITB 1970), salah satu peserta diskusi.
Ini tentu harus menjadi perhatian bersama untuk meningkatkan kemampuan literasi dan minat baca demi kemajuan pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, sebagai peneliti yang kini sedang melakukan riset dalam bidang pendidikan, dalam diskusi ini Moko memperkenalkan komunitas literasi yang diinisiasinya di ITB sejak sekitar setahun yang lalu. Dengan nama Komunitas Literasi Ganesha, komunitas ini bertujuan untuk membantu siapapun agar mampu dan mau membaca dengan benar. Biasanya komunitas ini menggelar pertemuan rutinnya setiap Jumat dengan lokasi yang berselang-seling antara di Gedung Perpustakaan Pusat ITB dan Gedung Comlabs ITB. "Kuncinya memang hanya satu, yaitu membaca. Jika kamu tidak membaca, maka kamu tidak akan tahu ke mana kamu pergi dan kamu akan merugi," pesan Moko.
sumber foto: dokumentasi Perpustakaan ITB