ITB Kembali Selenggarakan Kegiatan Riset Rating Transformasi Digital dan Kota Cerdas Indonesia 2021
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung menggelar kegiatan Pembukaan Kegiatan Riset Transformasi Digital Indonesia (RTDI) dan Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2021 pada Senin (2/8/2021). Kegiatan tersebut berlangsung secara daring.
RKCI merupakan program yang sudah dijalankan sejak 2015 dan terus dilaksanakan setiap dua tahun sekali. angkaian kegiatan RKCI 2021 akan diselenggarakan selama empat bulan (Agustus–November 2021) dengan rangkaian acara seminar dan riset. Beberapa di antaranya seperti Indonesia Geosmart 2021 dan International Conference ICT for Smart Society (ICISS) ke-8 yang dihadiri oleh pembicara dari 4 benua dengan lebih dari 80 pembicara. Misalnya, Prof. Carlo Ratti dari MIT, Prof. Benjamin Koo dari Tsinghua University, dan Prof. Toshio Obi dari Waseda University.
Pada tahun ini digabung dengan RTDI sebagai respons perkembangan digitalisasi di Indonesia untuk turut serta dalam memajukan kota cerdas di Indonesia. Kegiatan akan dilaksanakan selama empat bulan yang berisikan berbagai kegiatan keilmuan.
Dalam sambutannya, Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin menyampaikan apresiasi kepada ITB yang telah memberikan karya inovasi sebagai bentuk sumbangsih intelektual bagi kemajuan transformasi digital di Tanah Air, khususnya terkait digitalisasi tata kelola kota di Indonesia. “Semoga kegiatan ini bukan hanya sebagai pemeringkatan, tetapi juga bisa menjadi ajang untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan,” kata Wakil Presiden RI.
Pada pembukaan RDTI dan RKCI Tahun 2021, Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat selaku Kepala Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas (PIKKC) ITB menyampaikan bahwa sebelum Covid-19 tersebar ke seluruh Indonesia, kita dihadapkan pada permasalahan urbanisasi besar-besaran. Menurut Prof. Suhono data tersebut menunjukkan setidaknya 70 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan.
“Selama 6 tahun diselenggarakannya RKCI, belum ada kota di Indonesia yang memenuhi kriteria cerdas,” ujar Prof. Suhono.
Fakta tersebut amat disayangkan karena di abad ini perkembangan dari berbagai sektor sedang gencar-gencarnya bertransformasi. Untuk itu, sebagai langkah awal merespons hal tersebut Indonesia perlu juga menggencarkan kemajuan digitalisasi secara komprehensif. Peningkatan perhatian transformasi menuju kota cerdas (smart city) tahun ini dilakukan dengan adanya transformasi budaya.
Menanggapi hal tersebut tentunya ITB tidak hanya lepas tangan. Sebagai institusi berlatar belakang teknologi, ITB turut berperan penting dalam perwujudan salah satu mimpi besar Indonesia Emas 2045 ini.
“Kami ingin turut terjun membantu. Tentunya sesuai dengan kompetensi kami di bidang riset membantu di bidang pemerintahan menghadapi masalah ini sehari-hari,” ujar Prof. Reini pada sesi sambutannya.
Pada webinar ini, Prof. Reini juga menyampaikan bahwa ITB telah berperan melalui riset mengenai smart city. Sementara itu, Menteri Bappenas menyampaikan paparannya mengenai perencanaan pembangunan smart city dan transformasi digital. Transformasi digital, katanya, merupakan bagian dari redesain transformasi ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.
“Smart city it is not physically kotanya saja yang pintar, tetapi orang-orang di dalamnya perlu mempunyai kedisiplinan yang tinggi,” ujar Dr. Suharso.
Pusat Inovasi Kota ITB bersama pihak lainnya mengonsep dua langkah kerja yang di antaranya Garuda Smart City dan Garuda Digital Transformation Framework. Karya-karya ITB ini diapresiasi secara langsung oleh Wakil Presiden RI periode saat ini.
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin, 2020) dan Diah Rachmawati