Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, GP3 ITB Semarakan Anti Merokok

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Angka kematian akibat rokok hingga kini masih tinggi. Penyalahgunaan tembakau, pada dasarnya, merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari, namun masih banyak masyarakat yang belum bisa lepas dari candu rokok. Lebih parahnya lagi, tidak hanya perokok aktif yang terpapar bahaya maut dari benda mematikan ini, tetapi juga orang yang terkena asap rokok. Fakta yang ada menunjukkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia kian meningkat tidak terkendali.

Berdasarkan data pemerintah, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah perokok aktif terbesar ke-3 di dunia dengan jumlah perokok sebanyak 65 juta atau sekitar 28 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010 mencatat sekitar 95 juta orang di Indonesia terpapar asap rokok dan lebih dari 40,3 juta anak Indonesia usia 0-14 tahun menjadi perokok pasif. Berangkat dari serangkaian fakta tersebut, bertepatan dengan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada Minggu (31/05/2015), Gerakan Perlindungan Perokok Pasif (GP3), sebuah aksi pengabdian masyarakat dari Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) 'Ars Praeparandi' ITB didukung oleh Keluarga Mahasiswa (KM) ITB kembali melakukan gerakan dalam memerangi fenomena rokok ini. GP3 menggandeng komunitas-komunitas anti rokok di Bandung mengadakan serangkaian acara untuk mengampanyekan bahaya merokok dan menjadi perokok pasif melalui slogannya "Tolak Jadi Target".

Teguran Halus dan Sehat: Tukar Puntung Rokok dengan Jeruk

Kegiatan GP3 kali ini dilaksanakan di Car Free Day (CFD) Dago. Kegiatan yang digelar meliputi senam jantung sehat serta donor darah dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Bandung dan Yayasan Jantung Indonesia, serta kampanye long march. Kampanye long march ini diikuti oleh tidak kurang dari 150 partisipan yang berasal dari berbagai komunitas, antara lain 9 cm, Bebas Rokok Bandung, dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dari sekolah-sekolah di Bandung. Long march yang dipimpin oleh GP3 ITB ini, memiliki cara yang unik dalam menghadapi perokok yang ditemui di sepanjang jalan. Perokok akan ditawari untuk menukarkan puntung rokok yang sedang dihisapnya dengan buah jeruk. Hal ini bertujuan sebagai teguran, sekaligus ajakan mengganti kebiasaan merokok dengan kebiasaan hidup sehat.

Target utama dari kampanye ini adalah anak remaja. Anak remaja diharapkan bisa lebih bijaksana dalam memilah apa yang baik dan tidak baik untuk konsumsi mereka. "Menghentikan orang merokok tidak mudah jika sudah kecanduan, tapi kita ingin mencegah remaja agar tidak ikut-ikutan merokok," ungkap Novina Yuniarti (Sains dan Teknologi Farmasi 2012) selaku Ketua GP3 HMF 'Ars Praeparandi' ITB. Selain itu, GP3 juga membagikan stiker dan permen yang bertuliskan faktar-fakta buruk rokok bagi kesehatan. Di penghujung acara dilakukan pendeklarasian anti rokok dari komunitas-komunitas ini. Tiga poin utama dari deklarasi tersebut antara lain: (1) penolakan terhadap industri rokok, (2) imbauan untuk membatasi iklan rokok, dan (3) imbauan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat Bandung dalam upaya mengurangi konsumsi rokok.

ITB sebagai Kawasan Bebas Asap Rokok

GP3 telah dikenal melalui kegiatannya dalam menyuarakan antirokok. Pengabdian masyarakat yang awalnya menjadi program kerja Divisi Pengabdian Masyarakat HMF 'Ars Praeparandi' ini, sejak tahun 2014 mendapat dukungan KM ITB dalam melaksanakan kegiatannya. Berawal dari keinginan untuk menjadikan lingkungan kampus yang lebih sehat dan nyaman, gerakan ini melihat adanya fenomena ketidakpekaan perokok aktif dan keengganan perokok pasif untuk menegur. Oleh karenanya, program ini dibuat untuk menitikberatkan anti rokok bukan pada larangan merokoknya, melainkan kepada pembatasan untuk merokok sehingga baik perokok pasif maupun aktif merasa nyaman dan lebih sehat berada di dalam kampus.Upaya GP3 telah dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pengecekan paru-paru gratis serta secara aktif melakukan kampanye online mengenai fakta-fakta bahaya perokok aktif dan pasif melalui media sosial setiap hari Selasa. "Kami sekaligus mendukung program Selasa Tanpa Rokok yang digagas oleh Pak Ridwan Kamil," ujar Novi.

Kampus ITB sendiri merupakan area bebas asap rokok, namun tersedia area merokok di lokasi tertentu. Pada praktiknya, area ini masih jarang difungsikan secara penuh. GP3 memiliki visi untuk mengaktifkan kembali fungsi dari area merokok di ITB dengan harapan perokok aktif menjadi terbiasa untuk tidak merokok akibat dari terbatasnya area merokok, sehingga jumlah perokok aktif juga dapat ditekan. "Area merokok merupakan langkah untuk menuju kawasan yang benar-benar bebas asap rokok," tambah Novi.


Vinskatania Agung Andrias
ITB Journalist Apprentice