Mahasiswa ITB Wakili Indonesia dalam CERN Summer Student Programme di Jenewa-Swiss

Oleh Ahmad Fadil

Editor Ahmad Fadil

BANDUNG, itb.ac.id – Dua orang mahasiswa ITB, Arifin Luthfi Maulana (Teknik Fisika 2014) dan Joshua (Teknik Elektro 2015), berhasil menjadi perwakilan Indonesia dalam CERN Summer Student Programme. Bertempat di Jenewa, Swiss, program ini berlangsung selama bulan Juni hingga Agustus 2018.

Sebenarnya CERN telah mengadakan kegiatan musim panas ini bagi mahasiswa dari seluruh dunia sejak tahun 1962, tetapi Indonesia baru mulai mengirimkan perwakilannya berkat kerjasama Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan CERN di bidang fisika partikel pada tahun 2013.

Mahasiswa ITB selama enam tahun berturut-turut selalu menjadi perwakilan Indonesia. CERN merupakan pusat penelitian fisika partikel yang memiliki tujuan menyelidiki terbentuknya alam semesta melalui reka ulang dengan cara membenturkan partikel hadron yang dipercepat hingga mencapai 99.9999991% kecepatan cahaya. Selama perjalanannya CERN menemukan berbagai partikel baru salah satunya partikel Higgs pada tahun 2012 yang berujung pada penganugerahan hadiah Nobel.

Seleksi yang harus dilalui memang cukup sulit, meski hanya ada seleksi berkas melalui pengisian formulir tanpa seleksi wawancara, mereka harus berjuang untuk dapat menuliskan motivasi dan topik riset yang harus dikerjakan agar dapat menarik perhatian penyeleksi.

Pada tahun 2018 ini, terdapat 2700 aplikasi dari seluruh penjuru dunia dan hanya 296 mahasiswa dari 98 negara yang diterima. Mereka mengaku sangat senang saat mendapat email ucapan selamat bahwa mereka diterima menjadi student summer di CERN.

Arifin menuturkan bahwa topik tugas akhir yang dikerjakannya adalah tentang rekayasa material. Dengan latar belakang tersebut dan info dari kakak tingkat, dia mencoba meng-apply. Berbeda dengan Arifin, Joshua lebih tertarik pada alat yang digunakan sehingga dia lebih memilih instrumentasi dan sistem kontrol.

Selama mengikuti program ini mereka disponsori oleh STFC UK (Science and Technology Council, United Kingdom). Untuk mencapai titik ini tidaklah mudah mereka hampir tidak dapat mengikuti program ini dikarenakan terkendala visa, namun berkat bantuan CERN dalam pengurusan visa akhirnya mereka bisa.

Disana mereka diberikan proyek yang didampingi juga oleh supervisor. Arifin dilibatkan pada pengujian dan studi serangkaian detektor baru High Granularity Timing Detector (HGTD) dengan menggunakan sensor Low Gain Avalanche Detector (LGAD) yang akan dipasang pada eksperimen ATLAS untuk mempersiapkan era baru High Luminosity LHC pada tahun 2026.

Di sisi lain, Joshua diberikan tanggung jawab merancang sebuah interface untuk menghubungkan percobaan dengan komputer melalui sebuah program untuk mengambil data, memonitor, dan mengontrol jalannya proses riset pada prototipe pengembangan cooling system detektor ATLAS.

Selain pada sisi perangkat lunak, Joshua juga terlibat pada proses desain perangkat keras untuk melakukan optimasi kecepatan pembacaan sensor – sensor yang ada pada prototipe tersebut.

”Disana, mereka menganggap summer student sebagai kolega bukan orang yang tidak tahu apa-apa, aku diminta untuk menganalisis sensor baru, LGAD yang baru dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka percaya dengan kemampuanku bukan meremehkan,” tutur Arifin.

Hal senada juga diungkapkan oleh Joshua, dia sangat menikmati apa yang dikerjakan karena budaya apresiasinya yang sangat tinggi. Keduanya menuturkan bahwa mengikuti program ini adalah pengalaman berharga bekerja didalam atmosfer riset yang multikulural dan berkelas tinggi.

”Coba cari kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan dan jangan takut untuk bermimpi, terkadang yang membatasi adalah diri kita sendiri,” pesan keduanya untuk mahasiswa ITB.

Reporter: Wanna Taf'al Husna