Perjalanan Karier Alumnus FSRD ITB Eldwin Pradipta, Seniman yang Berkarya dengan Proyeksi Digital

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Alumnus Program Studi Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB), Eldwin Pradipta, sukses sebagai seniman kontemporer dengan berkarya di bidang seni media baru.

Seni media baru merupakan metode berkarya seni menggunakan medium nonkonvensional, seperti video dan proyeksi digital. Ketertarikannya terhadap bidang tersebut berawal dari hobinya di bidang komputer dan seni. Eldwin mengaku awalnya ingin terjun di desain komunikasi visual, namun menurutnya seni murni lebih memberi kebebasan dan memungkinkan untuk dieksplor lebih luas.

Tahun 2008 menjadi tahun keberuntungan Eldwin karena Studio Intermedia Seni FSRD ITB dibuka. Studio tersebut mengakomodasi kecenderungan berkarya dengan medium lintas disiplin, termasuk seni media. Eldwin pun semakin fokus menekuni bidang tersebut.

“Saya sempat tidak terbayang career path seniman, tetapi obrolan-obrolan dengan senior dari jurusan seni rupa mulai mencerahkan dan tertarik untuk mendalaminya,” ujar Eldwin yang merupakan alumnus Seni Rupa, FSRD ITB, angkatan 2008.

Keraguan Eldwin mulai hilang saat dirinya mengerjakan proyek Pra-TA Seni Rupa ITB. Bahkan karya tersebut menjadi tonggak penting dalam kariernya.

Mendekati kelulusannya dari ITB, Eldwin berinovasi dengan tugas akhir melalui karya proyeksi digital lukisan pemandangan. Di karya tersebut, Eldwin memodifikasi lukisan pemandangan dengan menambah unsur “bencana” dan “kerusakan lingkungan”.

“Di proyek Pra-TA, saya bermaksud melakukan kritik terhadap lukisan pemandangan. Dunia seni rupa cenderung eksplisit dan memiliki ekosistem yang kecil sehingga banyak hal yang bisa dikritisi,” tuturnya.

Karya Eldwin pada proyek Pra-TA berhasil lolos pameran seni terkemuka ArtJog tahun 2012. Keberhasilanya di proyek tersebut membuat Eldwin terus mengembangkan karya proyeksi digital bahkan setelah lulus dari ITB.

   

Setelah dua tahun sejak proyek Pra-TA menekuni karya mengenai lukisan pemandangan, Eldwin mencoba melakukan inovasi lain pada karyanya, termasuk dengan memberanikan diri berkarya di ruang publik. Pada tahun 2019, Eldwin diundang oleh Indonesian Contemporary Art and Design (ICAD) untuk membuat karya dalam pameran yang merupakan bagian dari ajang Milan Design Week. Proyek tersebut adalah awal mula ikatan antara Eldwin dan ICAD, hingga tahun lalu Kembali berkolaborasi menggarap proyek peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di Bundaran HI Jakarta.

“Di proyek Bundaran HI sebagai bentuk perayaan hari kemerdekaan, saya melakukan proyeksi digital pada water screen di kolam Bundaran HI,” ungkapnya.

   

Tahun 2023 juga menjadi tahun penting bagi pria kelahiran tahun 1990 ini. Dia berkesempatan mengikuti dan memenangkan kompetisi ArtPrize yang diselenggarakan oleh platform emas digital, Treasury, dan ArtJakarta 2023. Keberhasilannya di tahun lalu membawa Eldwin dilirik banyak media termasuk majalah Prestige Indonesia.

Prestasi gemilang Eldwin Pradipta di seni media baru tentu tidak lepas dari konsistensi Eldwin dalam berkarya. Realistis membaca pasar adalah kiat Eldwin konsisten dalam berseni.

“Cara konsisten di bidang seni sebenarnya tidak ada yang spesifik karena kebanyakan seniman tidak peduli dengan hal di luar dirinya sendiri. Bisa dibilang terdapat ‘kegilaan’ di diri masing-masing seniman,” ungkapnya.

Saat ini, selain menjadi seniman, dirinya juga bekerja di bidang multimedia. Eldwin berencana ingin terus mengembangkan kariernya dan berharap karyanya tidak termakan waktu. Menyelenggarakan pameran tunggal menjadi rencana terdekatnya yang harapannya dapat terealisasi secepatnya.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)


scan for download