Persiapan Tim Gatot Kaca Untuk Berlaga di India
Oleh
Editor
BANDUNG, itb.ac.id – Tim Gatot Kaca, perwakilan Indonesia untuk kompetisi Microsoft Imagine Cup 2006 di kategori desain piranti lunak (Software Design), sedang mempersiapkan proyek Sigap! mereka untuk dilagakan di India pada bulan Agustus. Tim yang beranggotakan 3 orang mahasiswa ITB dan seorang mahasiswa Unpad ini akan bertanding melawan 89 tim dari negara lain. Imagine Cup adalah kompetisi antar mahasiswa di bidang IT yang melibatkan 60.000 mahasiswa dari seluruh dunia untuk memperebutkan total hadiah US$125.000. Imagine Cup kali ini telah memasuki tahun keempat sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2003. Tema untuk tahun ini adalah “Imagine a world where technology enables us to live healthier lives”.
Ditemui pagi ini (30/6), anggota Tim Gatot Kaca dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB jurusan Teknik Informatika-Narenda Wicaksono mengatakan bahwa sejauh ini mereka sedang menyelesaikan alat untuk proyek Sigap! mereka. Proyek Sigap! menggabungkan alat, pengetahuan medis, dan IT untuk mengatasi pembunuh manusia nomor satu di dunia, penyakit jantung. Karena 59% penyebab penyakit jantung adalah ketidakaktifan fisik, cara untuk mencegah penyakit jantung adalah berolahraga aerobik. “Karena pada olahraga aerobik, otot jantung dilatih secara maksimal. Namun untuk mendapatkan hasil yang optimum, sebaiknya pada saat berolahraga jantung juga berdenyut pada denyut nadi optimumnya, bertahap mengikuti sebuah grafik ideal berbentuk trapesium. Jadi ada zona latihan dimana denyut jantung berdenyut optimal,” jelasnya.
Sigap!, jelas Narenda, terdiri dari Pocket PC, detektor denyut jantung, dan earphone. Sigap! memainkan lagu yang sesuai bagi pendengar yang sedang beraerobik untuk menjaga denyut jantungnya. “Kalau denyut jantung seseorang ketika berolahraga terlalu cepat ataupun terlalu lambat, manfaatnya tidak akan maksimal. “ Ide tentang Sigap! itu sendiri sebenarnya baru datang sehari sebelum tenggang waktu abstrak harus dikumpulkan. “Sebelumnya kami masih memikirkan apa yang akan dibuat, baru sehari sebelum hari pengumpulan abstrak kami memutuskan untuk membuat Sigap! Kami pun baru yakin sepenuhnya tentang cara kerja dan fungsi Sigap! ini ketika presentasi selesai dilakukan,” ucapnya jujur. “Hari ini (30/6) alatnya kami targetkan selesai. Target kami selanjutnya adalah untuk menyelesaikan definisi knowledge base untuk softwarenya. Tahap pembuatan software Sigap! sendiri baru sampai tahap pembuatan interface.”
Tim Gatot Kaca terdiri dari Narenda Wicaksono, Wildan Fakhri, Hardani Maulana, ketiganya dari jurusan Teknik Informatika ITB, dan Renaldi Prasetya dari jurusan Kedokteran Umum Unpad. Pembimbing mereka adalah para pakar di bidangnya: Prof. Dr. Ir. Soegijardjo Soegijoko dari Kelompok Keahlian (KK) Teknik Biomedika, STEI ITB; Tommy Apriantono MSc., PhD dari KK Ilmu Olahraga, Sekolah Farmasi ITB; Dr. Ir. Inggriani Liem dari KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Data, STEI ITB; Prof. dr. A. Purba dari Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran; dr. Dadang, SpKO., SpGK., SpGM seorang spesialis olahraga, nutrisi, dan pengobatan; Dr. dr. Tri Wahyu Murni SpBTKV. seorang spesialis bedah torak kardio vaskular sekaligus Direktur Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Sebelum mengikuti Imagine Cup, Narenda beserta seorang rekan dari Teknik Informatika ITB, Audi Primadhanty, juga telah menjuarai Lomba Cipta Elektronik Nasional (LCEN) 2006 yang diselenggarakan oleh Insitut Teknologi Sepuluh November (ITS). “Mirip-mirip seperti Sigap!, ide untuk LCEN muncul di saat-saat terakhir. Saya memutuskan untuk menggunakan tugas akhir saya sebagai ide yang akan dilombakan.” Ia menjelaskan, proyek Auren yang menjuarai kategori Telematika dan Ide Terbaik di LCEN itu adalah sebuah software yang digunakan untuk melacak ponsel yang hilang atau dicuri. “Auren adalah sebuah aplikasi yang jika ponsel yang berisi aplikasi itu diganti kartu SIM-nya, ia akan meminta sebuah password. Apabila password yang dimasukkan salah, Auren akan secara diam-diam mengirimkan nomor yang baru, data panggilan, memori buku telepon beserta lokasi BTS terdekat yang digunakan ponsel itu. “Ada sebuah keinginan untuk mematenkan Auren, tetapi saya bingung, karena saya tidak tahu prosedur yang harus ditempuh.”, ungkap Narenda.